"Ini saatnya FEALAC melihat Samudera Pasifik bukan memisahkan, melainkan menghubungkan kedua kawasan (Asia-Amerika Selatan), sehingga potensi ini harus dimanfaatkan untuk membawa kemakmuran bagi masyarakat kedua kawasan," kata Menlu Retno, seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Minggu.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI saat menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Luar Negeri ke-7 FEALAC pada 21 Agustus di San Jose, Kosta Rika. Pertemuan itu dihadiri oleh para menteri luar negeri dan delegasi dari 36 negara anggota FEALAC.
Pada kesempatan itu, Menlu Retno menyampaikan dorongan bagi penguatan sistem transportasi maritim dan udara yang efisien, pembangunan infrastruktur maritim dan kerja sama udara dengan penerbangan langsung atau "code sharing".
Menlu RI juga menekankan bahwa konektivitas digital serta teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci komunikasi dalam mengatasi masalah jarak antara kedua kawasan.
"Penguatan konektivitas tersebut diharapkan akan mempelancar pergerakan manusia, barang dan jasa," ujar dia.
Potensi negara-negara anggota FEALAC dengan jumlah penduduk kedua kawasan mewakili hampir 40 persen penduduk dunia, 33 persen dari total perdagangan global, dan 35 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) dunia menjadi target Indonesia untuk memperkuat kehadiran produk Indonesia, khususnya pada pasar non-tradisional di kawasan Amerika Latin.
Menurut Menlu, terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, Pariwisata, dan UMKM pada Forum FEALAC akan dimanfaatkan untuk mendukung rencana capaian tersebut.
Di samping isu konektivitas, Pemerintah Indonesia juga mendukung pembangunan jejaring pengusaha kecil dan menengah antara kedua kawasan, penguatan kerja sama Selatan-Selatan, kerja sama Triangular dan peningkatan kemitraan sektor swasta dan sektor pemerintah.
Selain itu, Pemerintah Indonesia mengusulkan agar negara-negara anggota FEALAC dapat membuat suatu "database" peraturan perdagangan antarnegara sebagai penunjang upaya peningkatan kerja sama perdagangan.
Selanjutnya, Menlu Retno juga menggunakan kesempatan dalam pertemuan FEALAC itu untuk mendorong kerja sama penanganan masalah Kejahatan Terencana Lintas Negara(Transnational Organized Crime).
Menlu RI mengusulkan untuk membentuk "network", pertukaran informasi dan data, berbagi pengalaman, dan peningkatan kapasitas bagi para penegak hukum di negara-negara anggota FEALAC.
"FEALAC diharapkan dapat memprioritaskan pembentukan networking (jejaring) antara penegak hukum dari negara-negara anggota, terutama untuk memerangi kasus kejahatan perdagangan obat terlarang," kata Retno.
Dia juga mendorong penguatan kerja sama dalam penanganan bencana alam.
Pada pertemuan itu, Menlu Retno juga menginformasikan rencana Indonesia untuk menyelenggarakan "Indonesia-FEALAC Youth Conference" di Bandung pada 18-22 September 2015 dan pertemuan kedua "World Culture Forum" di Bali pada September 2016.
Menurut Retno, kegiatan-kegiatan tersebut menjadi bukti upaya konkret Indonesia untuk memperkuat hubungan antarmasyarakat di antara negara-negara anggota FEALAC.
Pertemuan Tingkat Menteri ke-7 FEALAC itu mengesahkan Deklarasi San Jose, yang antara lain berisi tentang kesepakatan untuk memperkuat konektivitas kawasan Asia Timur dan Amerika Latin, memberantas kemiskinan dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
Pertemuan itu juga telah menghasilkan pernyataan bersama untuk menunjukkan belasungkawa dan solidaritas atas ledakan bom yang melanda distrik Ratchaprasong, Bangkok, Thailand yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Di sela-sela PTM ke-7 FEALAC, Menlu Retno juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Kosta Rika, El Salvador, Uruguay, dan Panama untuk membahas peningkatan kerja sama bilateral.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015