Sahama (50), petani jeruk di Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura, Minggu, menjelaskan bahwa tanaman jeruk miliknya banyak yang mati karena tidak disiram.
"Soalnya sumber air sumur yang saya miliki hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja, yakni mandi, mencuci dan memasak,," katanya.
Akibatnya, tanaman jeruk miliknya dibiarkan tidak disiram, sehingga terpaksa banyak yang layu karena kekurangan air dan akhirnya mengering alias mati.
Hal yang sama juga diakui sejumlah petani jeruk lainnya. Seperti yang disampaikan Mat Sihral, petani jeruk lain di desa itu.
Pria dua orang anak ini menuturkan, saat sudah ada lima pohon tenaman jeruk miliknya yang mati akibat kekurangan air.
"Disini kan tanahnya kering di dataran tinggi, dan kalau kemarau sangat panas. Beda dengan jeruk sawah. Makanya kalau tidak disiram saat kemarau, bisa mati," katanya.
Kekeringan yang melanda wilayah Kabupaten Pamekasan kali ini, tidak hanya menyebabkan banyak tanaman jeruk milik warga mati, akan tetapi juga jenis tanaman lain, seperti cabai dan tomat.
Pada kemarau seperti sekarang ini, tanaman buah milik petani banyak yang terancam tidak berproduksi.
"Ini kan sudah berbuat, ya akibat panas dan kekurangan air, ya akhirnya layu seperti ini," kata Sihral kepada Antara sembari menunjuk tanaman jeruk itu.
Kepala Dinas Pertanian Pamekasan Isye Windarti mengatakan, pada kemarau seperti sekarang ini, produksi hasil pertanian warga memang cenderung menurun.
Hal ini terjadi, karena kebanyakan lahan pertanian masyarakat Pamekasan berada di tegal dan belum tersentuh jaringan irigasi.
"Yang tetap berproduksi hanya di lahan sawah, atau di lahan yang tersentuh jaringan irigasi," kata Isye Windarti menjelaskan.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015