"Saya menyukai konsep partisipatif untuk kegiatan dalam rangka pembangunan apapun seperti kepariwisataan dan ekonomi," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Dieng Pandawa" Alif Faozi di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jumat.
Menurut dia, kegiatan berkonsep partisipatif itu mengandung arti adanya keterlibatan masyarakat sebagai tujuan akhir dari semua tujuan pembangunan sehingga program masyarakat harus diutamakan.
Namun, kata dia, hal itu akan berbeda jika konsepnya dari pemerintah yang lebih cenderung dari atas ke bawah.
Sementara konsep partisipatif, lanjut dia, berasal dari bawah seperti halnya kegiatan Festival Budaya Dieng (Dieng Culture Festival) yang digelar Pokdarwis Dieng Pandawa.
Dia mengatakan bahwa Festival Budaya Dieng digelar melalui serangkaian analisis dengan memperhatikan sumber daya dan keunikan budaya yang ada untuk dibuatkan konsep bersama, diselaraskan dengan peningkatan sumber daya manusianya, dukungan sarana, dan terakhir ditentukan siapa segmen pasarnya.
Terkait penyelenggaraan Festival Serayu Banjarnegara (FSB) II Tahun 2015, dia mengaku melihat jika kegiatan tersebut hanya bersifat seremonial yang seolah hanya ingin menunjukkan jika kabupaten itu mempunyai sebuah kegiatan yang bisa dipertontonkan.
"Akan tetapi mereka (pemerintah, red.) tidak melihat apakah masyarakatnya siap, apakah sasaran pasarnya ada. Saya tidak melihat dari konsep awal dari manajemen Festival Serayu. Oleh karena itu program pemerintah, kami sebagai warga Banjarnegara mendukung saja karena itu merupakan kegiatan yang bagus, semoga sukses seperti yang mereka harapkan," katanya.
Lebih lanjut, Alif mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman saat melihat FSB I Tahun 2013, kegiatan yang digelar di Banjarnegara itu hanya seremonial daerah sehingga pengunjung yang datang hanya masyarakat kabupaten itu sendiri.
Dia mengaku bahwa hingga saat ini, belum ada wisatawan yang menghubungi para pelaku wisata di Dieng untuk berwisata di dataran tinggi itu sebagai efek dari kegiatan FSB II.
Bahkan, dia pun belum mengetahui secara pasti rangkaian kegiatan FSB II karena belum adanya undangan kepada komunitas pelaku wisata maupun pemangku adat di Dieng.
"Kemungkinan koordinasi terkait kegiatan itu lebih banyak di bawah (Banjarnegara, red.) sehingga kami (pelaku wisata di Dataran Tinggi Dieng, red.) tidak diikutsertakan," katanya.
FSB II Tahun 2015 akan digelar di Banjarnegara pada tanggal 26-30 Agustus, salah satu kegiatannya berupa Kongres Sungai Indonesia (KSI) guna membahas berbagai permasalahan tentang kondisi sungai di Indonesia yang telah memasuki tahapan kritis.
Kegiatan KSI yang digelar pada hari pertama FSB, Rabu (26/8), rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Selain KSI, pada hari pertama pergelaran FSB II Tahun 2015 juga akan diadakan akan digelar acara Banjar Banjir Dawet yang menyediakan 15 ribu gelas dawet ayu khas Banjarnegara di Balai Budaya Selamanik serta pembukaan Serayu Ekspo di Stadion Kolopaking dan malam harinya pergelaran seni dari Kabupaten Purworejo yang diadakan di Balai Budaya Selamanik.
Selanjutnya pada hari Kamis (27/8) terdapat dua agenda kegiatan, yakni pergelaran lengger Klampok pada siang hari dan penampilan seni dari Pondok Tinggal Borobudur.
Demikian pula pada hari Jumat (28/8) berupa pentas seni Lima Gunung pada siang hari dan malam harinya berupa "jazzswarax".
Sementara pada Sabtu (29/8) malam akan diadakan parade budaya di Jalan Dipayuda dan pada hari Minggu (30/8) akan diadakan pesta "Parak Iwak" di kawasan arung jeram Sungai Serayu, Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh.
Dalam pesta "Parak Iwak" akan dilakukan penebaran bibit ikan yang diambil dari tujuh telaga di Dataran Tinggi Dieng.
Pergelaran FSB II Tahun 2015 itu diharapkan meningkatkan kunjungan wisata ke Kabupaten Banjarnegara.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015