Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta menguat pada Kamis pagi, naik 11 poin menjadi Rp13.831 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan nilai tukar dolar AS melemah terhadap mata uang rupiah karena adanya risiko penundaan kenaikan suku bunga the Federal Reserve, yang dimanfaatkan oleh sebagian pelaku pasar.
"Meski rupiah masih di atas level sekitar Rp13.800 per dolar AS, namun paling tidak laju mata uang domestik tidak tertekan lebih dalam di tengah kondisi saat ini yang belum banyak sentimen positif," katanya.
Ia menjelaskan, hasil pertemuan pejabat bank sentral Amerika Serikat pada Juli menunjukkan bahwa beberapa data ekonomi belum cukup sesuai dengan target untuk menaikkan suku bunga acuan meski masih dalam jalurnya.
Sebagian pelaku pasar, ia melanjutkan, melihat situasi itu sebagai potensi penyebab penundaan
kenaikan suku bunga acuan The Fed.
"Penguatan rupiah masih bersifat sementara, pelaku pasar diharapkan tetap mencermati perkembangan berita yang ada jika berpotensi berdampak negatif bagi rupiah," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan gejolak di pasar keuangan Tiongkok turut memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global, termasuk Amerika Serikat, sehingga para investor menilai the Fed masih akan menunda penaikan suku bunganya.
Ia mengatakan data inflasi harga konsumen Amerika Serikat, yang merupakan salah satu data ekonomi berpengaruh terhadap prospek kenaikan suku bunga, dilaporkan hanya naik tipis 0,1 persen selama bulan Juli atau melambar dari Juni yang tercatat tumbuh 0,3 persen.
"Sinyal atas berkurangnya tren inflasi itu secara perlahan dapat meredam penundaan kenaikan suku bunga AS," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015