... ruangan steril yang ada hanya dokter-dokter ahli yang kerja di situ...
Jayapura, Papua (ANTARA News) - Empat jenazah korban pesawat Trigana yang jatuh di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, tiba di RS Bhayangkara, Jayapura, Rabu petang.


Pesawat terbang komuter ATR 42-400 buatan Avions de Transport Regionale, Prancis-Italia, nomor registrasi PK YRN milik Trigana Air itu diketahui hilang kontak beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara Sentani, Jayapura, dalam penerbangannya menuju Bandara Oksibil, Pegunungan Bintang, Minggu siang (16/8).


Pesawat komuter itu mampu membawa 50 orang selain awak kabin dan berjangkauan terbang sekitar 1.900 kilometer, yang ditenagai dua mesin turboprop Pratt & Whitney PW121.


Dalam kecelakaan penerbangan ATR 42-400 Trigana Air itu, 54 jenasah ditemukan, termasuk jenasah kapten pilotnya, Hasanuddin, dan pramugari, Dita Kurniawan (21).


Atas kecelakaan penerbangan hanya sehari menjelang HUT ke-70 Kemerdekaan Indonesia itu, Badan SAR Nasional, KNKT, TNI, kepolisian setempat, dan lain-lain unsur langsung menggelar operasi SAR dan evakuasi serta pengamanan lokasi kejadian.

Keempat jenasah itu dimasukkan ke gedung Sekretariat Tim Identifikasi Korban Bencana (DVI) RS Bayangkara, yang telah dijaga ketat polisi setempat.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Patrige, di Jayapura, Rabu, "Ini sudah diatur semua standar operasionalnya. Kecuali nanti untuk mengumumkan perkembangannya ada ruangan khusus."

Patrige menjelaskan selama proses identifikasi, ruangan yang digunakan akan betul-betul dibebaskan dari pihak yang tidak berkepentingan. "Jadi nanti ruangan steril yang ada hanya dokter-dokter ahli yang kerja di situ," ucapnya.

Polisi juga telah menyediakan satu tenda khusus untuk keluarga korban yang ingin menunggu hasil identifikasi yang dilakukan tim dokter.

Hingga kini, telah ada 10 jenazah yang dievakuasi dari lokasi kejadian.

Namun baru empat jenazah yang diterbangkan ke Jayapura, sedangkan sisanya berada di RSUD Oksibil.

Pewarta: Dhias Suwandi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015