Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 49 poin menjadi Rp13.850 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.801 per dolar AS.
"Rilis data perumahan Amerika Serikat yang cukup baik menjadi salah satu penopang bagi nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia," kata analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa.
Lukman Leong mengemukakan bahwa pengembang rumah keluarga tunggal yang baru dibangun pada Agustus naik ke tingkat 61 pada Indeks Pasar Perumahan (HMI) National Association of Home Builders/Wells Fargo, tertinggi dalam hampir satu dasawarsa terakhir.
"Meningkatnya data perumahan Amerika Serikat mengimbangi data sektor manufaktur AS yang menurun," katanya.
Ia menambahkan bahwa dolar AS juga masih tertopang oleh rencana kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate). Pasar sedang menantikan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan diumumkan Kamis (20/8) dinihari nanti.
"Pelaku pasar akan melihat seberapa besar prospek kenaikan suku bunga AS, beberapa kalangan analis memprediksi akan terjadi pada September tahun ini. Semakin cepat indikasi akan kenaikan suku bunga, maka akan berdampak positif bagi dolar AS," katanya.
Sementara itu,Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa kekhawatiran pelaku pasar aung terhadap devaluasi lanjutan mata uang yuan Tiongkok serta masih melemahnya sejumlah harga komoditas membuat laju dolar AS semakin tinggi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Mata uang rupiah menjadi korban atas kebijakan Tiongkok. Kembalinya bank sentral Tiongkok melakukan devaluasi terhadap mata uangnya membuat laju mata uang emerging market kembali tertekan," kata Reza.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (18/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.831 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.763 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015