Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan berupaya ikut menjaga tren pertumbuhan investasi di sektor industri tekstil dengan mengintensifkan komunikasi dengan pelaku usaha di sektor tersebut.
Kepala BKPM Franky Sibarani melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya akan menggelar dialog dengan kalangan industri tekstil guna memperoleh masukan gambaran kebijakan yang dapat mendorong kinerja sektor yang disebut mengalami perlambatan.
"Beberapa waktu yang lalu kalangan industri tekstil menyatakan pertumbuhan kinerjanya melambat. Bahkan ada informasi terjadinya PHK. Di sisi lain, pertumbuhan investasi sektor tersebut cukup positif. Oleh karena itu, BKPM akan berdialog dengan industri tekstil untuk mencari terobosan agar kinerja sektor ini kembali positif," katanya.
Franky optimistis kinerja sektor tekstil di masa mendatang akan positif. Dia merujuk pada data realisasi investasi sektor tekstil Semester I 2015 yang naik 58 persen sebesar Rp3,88 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, realisasi investasi seluruh sub sektor industri tekstil pada semester I 2015 tumbuh positif dengan rincian industri pengolahan serat tekstil tumbuh 213 persen sebesar Rp2,40 triliun dari 82 proyek; industri pertenunan tekstil tumbuh 613 persen sebesar Rp163 miliar dari 25 proyek; industri pakaian jadi tumbuh 16 persen sebesar Rp941 miliar dari 115 proyek; dan industri perlengkapan pakaian tumbuh 563 persen sebesar Rp216 miliar dari 15 proyek.
"Proyek investasi sektor tekstil tersebut diharapkan memasuki tahap produksi komersial satu hingga dua tahun mendatang. Oleh karena itu, ke depan industri tekstil akan semakin meningkat. Tinggal dirumuskan kebijakan yang dapat mendorong kinerja industri tekstil existing sekaligus semakin meningkatkan investasi sektor ini," tambahnya.
Franky menambahkan, data realisasi investasi sektor tekstil Semester I 2015 menunjukkan kecenderungan pergerakan investasi sektor ini mengarah ke Jawa Tengah.
Ia mencatat, 61 persen realisasi investasi sektor tekstil berlokasi di provinsi tersebut karena faktor upah minimum reguler (UMR) di Jawa Tengah yang tidak setinggi Jawa Barat atau DKI Jakarta, serta proses penetapannya yang lebih kondusif.
Provinsi lainnya yang menjadi daerah tujuan investasi sektor tekstil adalah Jawa Barat (27 persen), Jakarta (5 persen) dan Jawa Timur (4 persen).
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015