Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengonfirmasi bahwa dua WNI menjadi korban bom yang meledak di dekat Kuil Erawan di Bangkok, Thailand, Senin (17/8).
"Satu WNI meninggal dunia dan satu WNI luka parah," kata Menlu Retno di Kantor Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta, Selasa.
Menurut Menlu Retno, dirinya baru saja melakukan komunikasi dengan Dubes RI untuk Thailand Lutfi Rauf dan mendapatkan konfirmasi bahwa WNI yang terluka seorang laki-laki berusia 61 tahun dan berinisial HI.
HI juga diketahui tengah dirawat di Rumah Sakit Hua Chiew, Bangkok, dan akan segera menjalani operasi.
"Saat ini kami masih berkomunikasi dengan keluarganya karena beliau (HI) akan menjalani operasi," kata dia.
Sementara itu, jenazah WNI korban ledakan bom di dekat Kuil Erawan, saat ini masih berada di rumah sakit polisi Bangkok.
"WNI yang meninggal diketahui adalah istri Bapak HI dengan inisial LLT dan juga berusia 61 tahun," kata Menlu Retno.
Terkait pencarian informasi WNI yang berada di Bangkok, KBRI di Bangkok terus melakukan pencarian di rumah sakit-rumah sakit yang menampung korban ledakan bom yang terjadi Senin malam.
Selain itu, KBRI Bangkok juga telah menerjunkan tim konsuler untuk melacak kemungkinan WNI menjadi korban dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.
KBRI Bangkok juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakan Indonesia yang berada di Thailand untuk lebih berhati-hati dan menghindari tempat-tempat yang saat ini ditutup untuk sementara.
KBRI juga membuka layanan informasi di nomor +66929031103 dan juga mengimbau masyarakat di Indonesia yang merasa keluarganya tengah berada di Thailand untuk segera menghubungi KBRI.
"Kita perlu komunikasi dengan pihak yang merasa keluarganya tengah berada di Thailand karena mereka masih melacak 15 rumah sakit di Bangkok untuk mencari informasi," kata Menlu Retno.
Sebuah bom meledak di dekat Kuil Erawan Bangkok, Thailand, Senin malam, dan menewaskan 19 orang, termasuk tiga warga negara asing, dan sedikitnya 123 orang luka-luka.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015