Seorang petugas parkir dari Karang Taruna Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro Hari Purwanto, Senin, mengatakan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro selaku pemilik kawasan hutan di daerah setempat belum mengelola Kedung Maor, sebagai objek wisata.
Padahal, menurut dia, lokasi setempat mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik dan luar daerah sejak setahun lalu.
"Kami dari Karang Taruna Desa Kedung Maor, atas persetujuan Kepala Desa (Kades) Kedungsumber, kemudian membuka lahan parkir, agar pengunjung bisa tertib," katanya.
Menurut dia, pengunjung Kedung Maor tidak dikenakan karcis tanda masuk, tapi dikenakan biaya parkir untuk kendaraan roda dua Rp5.000/kendaraan dan roda empat Rp10.000/kendaraan.
"Pengunjungnya banyak, selain lokal juga ada yang dari luar kota, seperti dari Gresik dan Surabaya," ucapnya.
Ia menyebutkan jumlah pengunjung bisa mencapai 500 pengunjung, pada hari libur Minggu. "Kalau Hari Raya Idul Fitri yang lalu, ya pengunjungnya penuh. Pengunjung datang ya hanya duduk-duduk melihat air dan tebing Kedung Maor," ucapnya, menegaskan.
Seorang warga Desa Baureno, Kecamatan Baureno, Bojonegoro Wahyu Hidayat, menjelaskan kedatangannya ke Kedung Maor, yang kedua kalinya ini untuk mengikuti upacara HUT ke-70 RI dengan grup pecinta alam.
"Kami menginap semalam di lokasi ini," ucapnya.
Ketua Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro Ali Syafaat, menjelaskan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan ahli Geologi dari Bandung bahwa tebing di sungai Kedung Maor, terdapat binatang laut, semacam kerang-kerangan.
"Kesimpulan ahli geologi lokasi Kedung Maor dulunya laut dalam, sehingga layak dijadikan obyek wisata alam," ucapnya.
Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Suyanto, menjelaskan Kedung Maor, merupakan salah satu obyek wisata yang akan dikembangkan di daerahnya.
"Tapi pengembangan Kedung Maor dilakukan bekerja sama dengan UPN Veteran Yogyakarta, yang menangani Bojonegoro, sebagai wisata alam "geoheritage"," jelas dia.
Pewarta: Slamet AS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015