Selamat hari jadi Indonesiaku, nasionalisme tetap di hati meskipun jauh dari bumi pertiwi"
Jakarta (ANTARA News) - Peringatan 70 tahun HUT Republik Indonesia ke-70 kali ini menjadi momentum berharga bagi Rizkyana, WNI yang tinggal di San Dona, Piave, Venesia, Italia.
Rizky, panggilan akrabnya, harus memilih antara sayang kepada anak atau cinta Tanah Air.
"17 Agustus tahun ini, menjadi momen di mana saya menyadari bahwa rasa sayang dan cinta tanah air bukan parameter utama mengukur nasionalisme," tulis Rizky dalam akun jejaring sosialnya di Jakarta, Senin.
Dia merintih bahwa seharusnya ada rasa aman, nyaman, tenteram, dan sejahtera bagi warga negara, namun itu semua tidak dia dapatkan sejak anaknya didiagnosis menderita penyakit jantung bawaan.
"Perihnya kenyataan sebagai orang tua berpenghasilan pas-pasan dengan anak sakit jantung bukanlah hal mudah di Indonesia. Segala hal dipertaruhkan, namun perlakuan cukup baik saja tidak saya dapatkan. RS harusnya menjadi ujung tombak memberikan rasa aman pada rakyat, namun malah sebaliknya rasa takut dan was-was sangat kentara."
Rasa khawatir terus menyelimutinya. "Aduh, uangku cukup tidak untuk biaya ICU kemrin?". "Aduh mana ini dokter kok tidak datang- datang?".
"Sistem acak-acakan dan ketidakprofesionalan rumah sakit harus ditelan mentah-mentah karena memang keadaannya seperti itu. Pemerintah kurang peduli. BPJS Kesehatan, yang katanya menjamin kesehatan rakyat, merupakan program setengah hati. Tidak perlu bayar tapi risiko tanggung sendiri," katanya getir.
Rizky kecewa pada itu semua, apalagi sewaktu-waktu dia bisa kehilangan anaknya jika terus bertahan sampai kemudian bersama suaminya yang berkebangsaan Italia memutuskan pindah ke tempat asal suaminya itu. Di sana, anaknya diobati secara memadai dan optimal.
"Lantas saya pindah, namun rasa sayang terhadap Indonesia masih ada, tetap tak berkurang meskipun kini saya tak akan ber-KTP lagi. Selamat hari jadi Indonesiaku, nasionalisme tetap di hati meskipun jauh dari bumi pertiwi."
Dia ingin pemerintah saat ini bisa memberikan rasa aman, nyaman, tenteram, dan sejahtera bagi warga negara, terutama pada bidang kesehatan.
Spesialis jantung dari Siloam Heart Institute (SHI) Maizul Anwar SpBKTV, menyebutkan ada sekitar 40.000 anak yang menderita jantung bawaan setiap tahun.
Sayang, tak semua terlayani karena jumlah dokter spesialis jantung anak hanya tujuh orang di seantero Indonesia, dan tentu saja itu tidak menjangkau desa-desa.
Pewarta: Indriani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015