Kepala Dinas Peternakan NTT, Dany Suhadi, mengatakan data hingga 2014 itu, yang meningkat ketimbang pada 2012 (814.450 sapi), lalu setahun kemudian naik menjadi 823.135 sapi.
"Dari jumlah tersebut, cukup untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri terutama kebutuhan konsumen setempat," katanya, di Kupang, Sabtu.
Harga daging sapi belakangan ini meroket, terjadi setelah pemerintah menghentikan impor sapi hidup dari Australia beberapa bulan lalu. Dugaan juga ada pada pengurangan kuota pengiriman sapi hidup dari NTT ke Pulau Jawa.
Dia menyatakan, pembatasan kuota pengiriman sapi ke luar NTT diperlukan juga untuk menjaga kesinambungan populasi sapi siap potong di sana.
Pemerintah NTT juga melarang peternak untuk mengirim sapi betina produktif ke Pulau Jawa.
"Kadang peternak menjual sapi betina yang masih produktif, tapi mereka alasan sudah afkir, sehingga harus dilarang menjual sapi betina produktif," katanya.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015