Berlin (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan Jerman pada Kamis menduga bahwa pasukan Kurdi di Irak, yang saat ini tengah berperang melawan kelompok Daulah Islam (ISIS), telah terkena serangan senjata kimia.
Sebelumnya pada Maret lalu, pemerintahan otonom Kurdi di Irak bagian utara menyatakan bahwa mereka mempunyai bukti kuat bahwa ISIS telah menggunakan bahan kimia klorin dalam serangan bom mobil pada 23 Januari lalu.
"Kami mengindikasikan bahwa terdapat serangan dengan senjata kimia" terhadap pejuang peshmerga Kurdi yang membuat sebagian di antara mereka menderita "iritasi pernafasan", kata juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman kepada AFP.
Keterangan yang sama juga muncul dari seorang pejabat senior peshmerga yang mengatakan bahwa serangan tersebut terjadi pada Selasa lalu dan berhasil melukai belasan anggota.
Kabar serupa muncul dari Wall Street Journal yang mengutip keterangan sejumlah pejabat Amerika Serikat. Surat kabar itu memberitakan bahwa penyerang telah menggunakan senyawa kimia Yperit (gas mustard) yang diduga diperoleh dari cadangan persenjataan milik Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Namun demikian, pejabat peshmerga--yang merahasiakan identitasnya--justru menjelaskan bahwa serangan itu menggunakan gas klorin. Dia sama sekali tidak menyebut adanya gas mustard.
"Pada Selasa sore lalu, pasukan peshmerga di daerah Makhmur, sekitar 50 km dari kota Arbil, telah terkena serangan roket Katsuya yang berisi gas klorin," kata pejabat tersebut.
Sementara itu Kementerian Pertahanan Jerman, yang selama ini mengirim persenjataan kepada pasukan Kurdi, menjelaskan bahwa "para pakar dari Irak dan Amerika Serikat tengah menyelidiki apa yang terjadi."
Jerman mengirim senjata dan pelatihan kepada peshmerga sejak September lalu untuk membantu mereka mengusir serangan ISIS. Negara tersebut kini menempatkan sekitar 90 personil di Irak.
Di sisi lain, pejabat Amerika Serikat, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan bahwa tudingan penggunaan senjata kimia oleh ISIS terhadap Kurdi adalah tuduhan "yang bisa dipercaya."
Secara resmi, Pentagon saat ini "tengah mencari informasi tambahan" mengenai dugaan serangan itu.
"Kami terus menyikapi tudingan penggunaan senjata kimia ini secara serius," kata juru bicara Pentagon Kapten Jef Davis.
Tudingan penggunaan senjata kimia oleh ISIS muncul dari lembaga Conlict Armament Research dan Sahan Research Group.
Dua lembaga itu mengungkapkan bahwa serangan proyektil, terhadap pasukan Kurdi yang terjadi sekitar 21 sampai 22 Juni lalu, mengandung zat kimia yang belum diketahui jenisnya. Namun demikian, dampak dari senjata tersebut "hampir sama dengan zat kimia klorin."
Selain itu, serangan senjata kimia juga muncul terhadap pasukan Kurdi di Suriah pada Juni 28 lalu. Saat proyektil mengenai target, benda tersebut kemudian mengeluarkan gas berwana kuning "dengan bau bawang busuk yang menyengat."
Hingga kini belum muncl laporan mengenai korban meninggal dari pihak Kurdi akibat serangan senjata kimia. Namun mereka yang terkena telah menderita sakit tenggorokan, mata, dan hidung yang terasa terbakar, demikian AFP melaporkan.
(G005)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015