Kalau kita buka keran impor (pangan), neraca perdagangan masih oke, tapi dampak inflasi bisa turun besar,"Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan adanya impor pangan bertujuan untuk mengurangi inflasi karena kenaikan harga produk pangan akibat terjadinya kelangkaan stok di pasar.
"Kalau kita buka keran impor (pangan), neraca perdagangan masih oke, tapi dampak inflasi bisa turun besar," ujar Mendag dalam konferensi pers Nota Keuangan, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, pangan berpengaruh besar dalam barang dan jasa yang memicu inflasi, sedangkan kini impor pangan tidak begitu besar dibandingkan total impor Indonesia.
Swasembada pangan, ujar dia, merupakan hal yang mutlak untuk dicapai, tetapi hal tersebut memerlukan proses yang tidak cepat. Sejalan dengan mengusahakan swasembada pangan, menurut dia, pemerintah akan mengurangi impor.
"Kita punya tujuan swasembada pangan dan itu mutlak, di lain sisi kita butuh waktu dan proses. Kita ingin segera tutup impor, tapi ditutup secara drastis harga pangan melonjak dan menyebabkan inflasi," kata Mendag.
Kini, ia mengatakan, pemerintah sedang berusaha mengimbangi agar swasembada pangan dapat terwujud serta tidak terjadi inflasi akibat bahan pangan yang langka di pasar.
Selain itu, ia menuturkan pihaknya akan menjalin kemitaraan yang baik dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian dan pihak terkait untuk swasembada pangan.
Harga daging sapi di beberapa daerah di Indonesia mengalami kenaikan sehingga sejumlah pedagang pasar sebelumnya melakukan mogok berjualan.
Untuk mengatasi kenaikan harga daging, Kementerian Pertanian telah melakukan beberapa upaya untuk mempercepat suplai daging sapi, di antaranya melakukan pendekatan dengan asosiasi importir dan asosiasi peternak.
Selain itu, Kementerian Pertanian juga melakukan inspeksi mendadak ke berbagai perusahaan penggemukan yang diduga menahan stok sapi.
Sementara itu, impor daging dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri tidak mencukupi sementara permintaan tetap ada.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015