Agar bisa mengendalikan `keran` ekspor dan impor maka harus ada industri pengolahan pengganti barang impor,"

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan Indonesia perlu pengolahan industri subtitusi senagai pengganti komoditi berbagai barang impor.

"Agar bisa mengendalikan keran ekspor dan impor maka harus ada industri pengolahan pengganti barang impor," kata Thomas usai pemaparan RAPBN 2016 di Jakarta, Jumat malam.

Ia menjelaskan salah satu sektor penunjang inflasi adalah impor pangan. Dengan adanya impor berbagai barang maka akan memperbesar laju inflasi.

"Selain itu, faktor ekspor juga berpengaruh besar terhadap misi pencapaian target 5,5 persen di akhir tahun," katanya.

"Kita punya tujuan swasembada pangan, ini smua butuh waktu dan proses. Klo tutup keran import terlalu drastis, bisa meningkatkan harga produk, utamanya inflasi," tutur Thomas.

Ia mencontohkan, salah satu subtitusi yang sedang dijalankan adalah dengan memproduksi kapal sendiri.

Indonesia sedang dalam tahap pengembangan pembuatan kapal produksi lokal, hal tersebut bisa digunakan untuk konsumsi sendiri atau bahkan hingga di impor untuk dipakai negara lain.

Dengan adanya industri pembuat bahan impor, ia berharap neraca perdagangan membaik sekitar satu persen,nantinya secara otomatis PDB akan ikut berpengaruh meningkat.

Cara lain untuk memperbaiki kualitas jalur ekspor dan impor adalah membuka jalur terminal baru di Tanjung Priok.

"Industri andalan ekspor dan impor adalah mobil atau kendaraan, tapi saya menilai fasilitas terminal di Tanjung Priok kurang," tuturnya.

Dengan kata lain jika ingin mengurangi impor, maka Indonesia harus mampu membuat sendiri.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015