Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai pidato Presiden Joko Widodo yang mengajar seluruh elemen bangsa dan lembaga negara untuk meletakan Trisakti dalam kebudayaan sangat relevan dengan situasi saat ini.
"Trisakti; yaitu berdaulat di bidang politik politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan; merupakan pemikiran yang tepat dan relevan dengan situasi dan kondisi yang tengah terjadi," kata Karyono Wibowo dihubungi di Jakarta, Jumat.
Karyono mengatakan kedaulatan Indonesia sebagai bangsa saat ini telah terinjak-injak oleh kepentingan pihak asing. Sudah terlalu lama Indonesia didikte oleh negara lain dan sumber daya alamnya dieksploitasi pihak asing.
Begitu pula kebudayaan Indonesia yang terus tergerus oleh budaya impor dan globalisasi sehingga generasi muda lebih menggemari budaya asing daripada budaya bangsanya sendiri.
"Karena itu, tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan negara selain kembali kepada jalan Trisakti yang digagas Sukarno. Prinsip Trisakti menurut hemat saya adalah prinsip universal yang berlaku bagi semua bangsa yang merdeka," tuturnya.
Menurut Karyono, Trisakti merupakan tiga prinsip dasar kemerdekaan suatu bangsa. Bila suatu bangsa tidak memiliki tiga prinsip yang tergantung dalam Trisakti, maka tidak bisa disebut bangsa yang merdeka.
"Tidak ada bangsa merdeka yang tidak memiliki kedaulatan, tidak bisa berdikari dan tidak memiliki kepribadian dan identitas budayanya sendiri," katanya.
Dalam pidato pada Sidang Tahunan MPR di kompleks parlemen pada Jumat, Presiden Joko Widodo mengajak lembaga-lembaga negara membangun kekompakan demi memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
Presiden berharap lembaga-lembaga negara, bersatu padu dan tidak terjebak pada ego masing-masing serta bersama-sama memperkuat kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan kepribadian dalam kebudayaan.
Trisakti harus menjadi strategi utama dalam membendung upaya-upaya bangsa lain untuk merongrong kedaulatan, kesejahteraan, dan karakter bangsa Indonesia.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015