Mereka secara ranking jauh di atas kita, jam terbang juga mungkin lebih tinggi
Jakarta (ANTARA News) - Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto akan fokus mempersiapkan diri untuk kualifikasi Olimpiade 2016 setelah keduanya tersingkir dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015.
Pada perempat final, Praveen/Debby takluk pada unggulan pertama asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan perolehan angka 13-21, 14-21.
"Mereka secara ranking jauh di atas kita, jam terbang juga mungkin lebih tinggi," ujar Praveen seusai bertanding di Stadion Istora Senayan, Jakarta, Jumat.
Meskipun sudah berusaha menghafalkan pola permainan Zhang Nan/Zhao Yunlei, Praveen/Debby merasa kesulitan saat harus mengimbangi aksi pasangan juara dunia 2014 itu.
"Dia ganti-ganti polanya bagus. Kita kadang menghafalkan pola pertama mereka, tapi mereka ganti lagi, ganti lagi," ujar Praveen yang bersama Debby memperoleh medali perunggu Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.
Debby juga mengakui bahwa salah satu faktor kekalahan mereka kali ini karena sempat ikut terbawa ritme permainan lawan.
"Bisa dibilang mereka yang lebih banyak mengatur tempo dan pola permainan. Beberapa kali kita keluar dari permainan mereka tapi ujung-ujungnya balik lagi ke pola mereka," ujarnya.
Tak ingin terus menyesali diri, Praveen/Debby memilih berpikir ke depan untuk menghadapi turnamen selanjutnya yaitu Vietnam Terbuka yang akan berlangsung 24-30 Agustus 2015 sebagai salah satu ajang perburuan poin untuk kualifikasi Olimpiade 2016.
"Masih banyak poin yang harus dikejar (untuk Olimpiade). Masih ada sekitar 10 turnamen yang harus kami ikuti," ujar Debby.
Secara keseluruhan, Praveen/Debby menilai ada kemajuan dalam penampilan mereka selama kejuaraan dunia tersebut.
"Meningkat lah pasti. Buktinya kemarin bisa mengalahkan Nielsen/Federsen kan," ujar Praveen.
Pada perdelapan final kemarin, Praveen/Debby yang merupakan unggulan ke-11 menundukkan unggulan kelima asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christina Federsen dengan perolehan 22-20, 19-21, 23-21.
Pewarta: Yashinta Difa P.
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015