"Nilai tukar rupiah melemah namun cenderung mulai terbatas, pergerakan nilai tukar sedang normalisasi atas respon devaluasi yuan di pekan ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa aset berdenominasi mata uang rupiah mulai stabil walaupun belum sepenuhnya kembali ketika sebelum terjadi devaluasi yuan Tiongkok.
Sedikit sentimen positif dari juga muncul dari perubahan susunan (reshuffle) Kabinet Kerja serta respon cepat para pengambil kebijakan terhadap pelemahan rupiah.
"Perlu diingat, kejutan dari kenaikan suku bunga the Fed masih menunggu di depan," katanya.
Ia menambahkan bahwa saat ini pelaku pasar juga sedang menanti data neraca transaksi berjalan Indonesia kuartal kedua 2015, diharapkan lebih baik dibandingkan periode sebelumnya sehingga menopang mata uang rupiah.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengharapkan neraca transaksi berjalan Indonesia kembali mencatatkan surplus sehingga dapat membuat dasar yang baik untuk data selanjutnya pada kuartal ketiga mendatang.
Ia memperkirakan bahwa meski membaik, Bank Indonesia diperkirakan tetap menerapkan kebijakan yang ketat di tengah kondisi risiko eksternal yang masih bergejolak, salah satunya kebijakan Amerika Serikat menaikan suku bunga the Fed.
"Kami memprediksi BI rate akan tetap tidak berubah pada 7,5 persen pada rapat dewan gubernur (RDG) pada 18 Agustus mendatang," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015