New York (ANTARA News) - Harga minyak AS jatuh ke tingkat terendah baru dalam enam tahun pada Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah bertahannya kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun 1,07 dolar AS menjadi ditutup pada 42,23 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, tingkat terendah sejak Maret 2009, lapor AFP dan Xinhua.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman September, merosot 44 sen menjadi menetap di 49,22 dolar AS per barel di perdagangan London.
Pasar minyak telah naik dan turun pekan ini, karena kekhawatiran tentang ekonomi Tiongkok meningkat setelah Beijing mengejutkan pasar dengan mendevaluasi mata uang yuan.
"Pasar terus berputar-putar di bawah fundamental yang sangat lemah," kata Gene McGillian, pialang dan analis di Tradition Energy.
McGillian mengatakan ada "potensi penurunan lebih lanjut" harga minyak, tetapi penguatan permintaan AS untuk produk minyak bumi bisa membantu menahan pasar dari penurunan lebih jauh.
Persediaan bensin AS turun 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 6 Agustus menurut Departemen Energi AS (DoE).
"Jelas permintaan di AS bertahan cukup baik dan ini adalah bullish," kata James Williams, analis pasar di WTRG.
"Tapi ketika Anda mulai melihat seluruh dunia, dan Anda menempatkan semua angka bersama-sama, kita kelebihan pasokan sebesar dua sampai tiga juta barel per hari, dan itu jumlah sulit untuk mendukung setiap pasar."
Produksi minyak mentah dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkat 101.000 barel per hari menjadi rata-rata 31,51 juta barel per hari pada Juli, menurutlaporan pasar minyak bulanan OPEC yang dirilis Selasa.
Iran dan enam negara besar dunia telah mengadopsi kesepakatan tentang masalah nuklir Iran. Para pedagang khawatir akan lebih banyak minyak mentah Iran datang ke pasar minyak sudah kelebihan persediaan.
OPEC mempertahankan kuota produksi 30 juta barel per hari pada pertemuan Juni. Produksi kartel menyumbang sekitar 40 persen dari produksi minyak mentah global.
Dolar AS juga menguat pada Kamis didukung data ekonomi positif. Sebuah penguatan greenback membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal dan kurang menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
(Uu.A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015