Jakarta (ANTARA News) - Bagaimana rasanya hidup di bawah bayang-bayang ketakutan diskriminasi? Baek Mari, remaja cantik yang menyembunyikan jati dirinya sebagai vampir di tengah kaum manusia, merasakannya.

Dalam dunia komik Korea "Orange Marmalade", kaum vampir yang dulu diburu dan dibunuh sehingga jumlah populasinya menurun drastis, hidup berdampingan dengan manusia dan mengganti makanan utamanya dengan darah hewan.

Manusia masih menghakimi vampir sebagai monster menakutkan dan menjijikkan sehingga Baek Mari yang trauma karena pernah ditindas saat identitasnya terungkap bertekad tidak berteman dengan siapa pun dalam komik karya Seok Woo itu.

Dia menjadi murid pendiam yang tertutup dan bersikap dingin pada orang-orang di sekitarnya, termasuk pria-pria yang menyukainya.

Namun suatu hari Baek Mari lupa membawa bekal darah hewan yang dikemas dalam bentuk jus tomat dan lapar, lalu tergiur dengan wangi darah Jung Jae Min, siswa terpopuler di sekolahnya.

Kisah Baek Mari dalam "Orange Marmalade" menarik minat banyak pembaca di Negeri Ginseng sejak terbit di laman Line Webtoon. Komik itu juga menempati peringkat pertama genre drama di Line Webtoon Indonesia.

Popularitas komik tersebut meroket ketika diadaptasi menjadi serial drama Korea yang dibintangi oleh Yeo Jin-goo, Kim Seolhyun, Lee Jong-hyun dan Gil Eun-hye pada Juli 2015.

Saat menghadiri ajang Popcon Asia 2015 di Jakarta, Seok Woo, pembuat komik itu, sibuk meladeni permintaan tanda tangan dan foto bersama dari penggemar Indonesia yang antreannya mengular.

"Penggemar saya dari luar negeri lebih banyak, penggemar di Korea juga ada, tapi lebih banyak dari luar negeri hahaha..." ujar Seok Woo pada Antara News akhir pekan lalu.

Salah satu yang paling membekas di hatinya adalah ketika mengikuti acara di luar negeri ada seorang penggemar yang mengajaknya berfoto bersama menggunakan bahasa Korea.

"Saya terkesan sekali," kata pria berkacamata itu

Seok Woo juga mengaku terkejut dengan antusiasme pencinta komik di Indonesia.

"Saya berpikir kenapa mereka bisa suka pada 'Orange Marmalade'. Cerita bergenre percintaan memang bisa diterima di mana saja," ungkapnya.

"Orange Marmalade" adalah karya ketiga Seok Woo selama tujuh tahun berkarir di industri komik.

Komik pertamanya thriller bertajuk "Nostalgia" disusul dengan kisah remaja yang bila diterjemahkan menjadi "Keajaiban Pada Musim Panas di Usia 17".


Membunuh Bosan

Seok Woo tertarik dengan komik sejak sekolah. Demi membunuh rasa bosan saat berada di kelas, dia getol menggambar di bagian ujung buku-buku pelajaran.

Selain itu, dulu Seok Woo penyendiri, tidak banyak bergaul dengan teman-temannya, dan menggambar menjadi sarana untuk mencurahkan isi hati.

Seok Woo kecil mengasah kemampuan menggambarnya dengan meniru gambar karakter-karakter kartun yang dijual di depan sekolah.

Penyuka kartun "Spirited Away" dari studio Ghibli, Jepang, itu selanjutnya menekuni bidang menggambar dengan memilih belajar animasi di perguruan tinggi.

"Orang tua awalnya tidak setuju dengan pilihan saya," kenang seok Woo, yang mengidolakan animator Jepang Hayao Miyazaki dan Anno Hideaki.

Kekhawatiran ayah dan ibu Seok Woo perlahan sirna setelah putranya mulai menuai kesuksesan.

"Sekarang mereka sudah mulai mendukung," ujar dia.

Seok Woo menuturkan ide membuat "Orange Marmalade" berawal dari menonjolkan tema perbedaan yang diwakili lewat dua pihak, yang diwakili oleh vampir dan manusia.

"Agar lebih seru dikasih bumbu percintaan, otomatis jadi cerita romantis," kata dia.

Dalam versi adaptasi serial drama di layar kaca, kisah percintaan Baek Mari dan Jung Jaemin melenceng dari alur cerita yang dibuat Seok Woo di komik.

Seluruh latar belakang peristiwa dalam komik terjadi di masa modern, sementara versi serial drama melibatkan situasi masa lampau di masa Dinasti Joseon.

Seok Woo mengaku tidak terlibat pada pembuatan skenario serial drama.

"Dari awal saya membiarkan mereka membuat skenario, tapi tidak menyangka akan berubah drastis," katanya.

Apakah dia kecewa adaptasi serial drama yang berbeda dengan imajinasinya?

"Melihat karakter yang saya ciptakan menjadi hidup saja sudah membuat saya senang," ujarnya diplomatis.

Dia mengatakan industri komik Korea semakin berkembang, apalagi dengan hadirnya teknologi digital yang memperluas jangkauan pembaca hingga ke luar negeri.

Melalui Line Webtoon yang berbasis digital, karya Seok Woo pun dapat dibaca oleh pencinta komik di berbagai penjuru dunia lain, termasuk Indonesia.

"Semakin lama banyak orang yang menyukai dan menghormati karya komik," tutur dia.

Namun perkembangan teknologi juga bisa menjadi pisau bermata dua.

Seok Woo menyebutkan karya-karyanya pernah diterbitkan secara ilegal di negara-negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Thailand. Tapi penyebaran ilegal itu juga membuat penggemar luar negeri bertambah.

"Saya harap mereka mengerti bahwa karya-karya itu harus diterbitkan secara resmi demi membantu perkembangan komikusnya," ucap Seok Woo, yang berterima kasih kepada penggemar Indonesia yang mendukung dan mencintai komiknya.

Dia selanjutnya berencana membuat komik dengan kisah suram. "Semoga karya selanjutnya juga bisa disukai penggemar."

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015