"Peningkatan produksi OPEC tentu tidak ideal untuk pasar yang kelebihan pasokan pada saat ini,

Singapura (ANTARA News) - Harga minyak kini jatuh ke titik terendah di Asia sejak Maret 2009, sehingga memperpanjang kerugian pada Rabu karena pedagang khawatir menghadapi ekonomi Tiongkok pasca-devaluasi Yuan yang mengejutkan.

Patokan Amerika Serikat (AS), minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun sembilan sen menjadi 42,99 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman September merosot 26 sen menjadi 48,92 dolar AS per barel di perdagangan Rabu sore.

WTI pada Selasa harganya merosot ke penutupan terendah sejak Maret 2009, sedangkan Brent juga jatuh di London, setelah langkah bank sentral Tiongkok mendevaluasi mata uangnya hampir dua persen terhadap dolar AS.

Bank sentral Tiongkok, Peoples Bank of China (PBoC), menurunkan lagi penentuan posisi harian yang menetapkan nilai yuan terhadap pada Rabu senilai 1,62 persen, sehingga mengirimkan gelombang kejut baru ke seluruh pasar keuangan.

"Yuan Tiongkok terus melemah untuk hari kedua berturut-turut, yang bisa mendorong harga minyak terus menurun," kata Daniel Ang, analis investasi di Phillip Futures di Singapura.

Para investor was-was langkah Beijing itu mengisyaratkan kekhawatiran atas pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua dunia dan konsumen energi terbesar dunia, yang datang setelah data yang diterbitkan selama akhir pekan menunjukkan penurunan dalam perdagangan Tiongkok.

Hal ini juga mendorong dolar AS menguat lebih lanjut terhadap mata uang Asia pada Rabu, dan merugikan harga komoditas dalam mata uang dolar AS karena menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional.

Ang mengatakan, harga juga di bawah tekanan setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengemukakan produksinya pada Juli naik 100.700 barel per hari dari bulan sebelumnya menjadi 31,5 juta barel per hari.

"Peningkatan produksi OPEC tentu tidak ideal untuk pasar yang kelebihan pasokan pada saat ini," kata Ang.

Penolakan kartel produsen untuk memotong tingkat produksi meskipun permintaan mengendur dipandang sebagai alasan untuk kelebihan pasokan global yang berkepanjangan, yang telah membuat harga minyak jatuh ke hampir sepertiga dari posisi puncak mereka pada pertengahan 2014, demikian laporan AFP.

Para analis mengatakan, langkah tersebut merupakan upaya anggota utama kartel Arab Saudi untuk mempertahankan pangsa pasarnya, ketika mereka harus menangkis persaingan dari minyak serpih AS.

Sementara itu, pedagang akan fokus pada data stok minyak mentah AS yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat untuk petunjuk tentang permintaan di konsumen minyak mentah terbesar dunia itu, kata Ang.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015