kita sudah terlalu lama memunggungi samudera, tidak pernah memberikan perhatian, padahal dua pertiga wilayah Indonesia adalah air dan itu potensi besar
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo yakin gugusan pulau dan wilayah maritim luas yang dimiliki Indonesia akan menjadi salah satu poros utama kemajuan Indonesia.
"Sejak awal kita sudah terlalu lama memunggungi samudera, tidak pernah memberikan perhatian, padahal dua pertiga wilayah Indonesia adalah air dan itu potensi besar," katanya dalam wawancara khusus dengan LKBN Antara, Televisi Republik Indonesia dan Radio Republik Indonesia berkaitan dengan 70 tahun Kemerdekaan RI di Kantor Presiden, Rabu.
Jokowi menyatakan pemerintah memutuskan menjadikan bidang maritim sebagai salah satu sektor utama pembangunan.
"Kita ingin memulai untuk memberikan perhatian, pembangunan fisik, membangun industri galangan kapal karena koneksi antarpulau sangat penting, demikian juga dengan pendidikan di bidang maritim," kata Presiden Jokowi.
Bagi dia salah satu cara mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan membangun infrastruktur bagi arus barang, termasuk melalui transportasi darat dan laut.
"Pembangunan infrastruktur itu berupa jalan tol, pelabuhan, kereta api dan transportasi kita yang akan menghubungkan antarpulau," tegasnya.
Pemerintah, kata Presiden, akan mengembangkan sejumlah pelabuhan sehingga biaya transportasi menjadi murah.
"Akhirnya barang sampai ke masyarakat, jatuhnya akan murah. Ini kerja besar, kita siapkan infrastruktur," terang dia.
Menurut dia, pemerintah kini mulai membangun pelabuhan besar antara lain di Kuala Tanjung seluas 2.000 hektare dan pelabuhan Tanjung Priok yang akan ditingkatkan kemampuannya sehingga bisa mengelola arus barang yang lebih besar.
Demikian juga Teluk Lamong, Surabaya dan Pelabuhan di Makassar, serta Pelabuhan Sorong seluas 2.000 hektare.
"Ini kerja besar di bidang maritim kita, bukan hanya pembangunan fisik, tapi juga budaya, pendidikan dan lainnya yang terkait dengan kelautan," tegas Presiden.
Pewarta: Panca Hari Prabowo
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015