Jakarta (ANTARA News) - Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso menantikan respon Bank Indonesia terkait devaluasi mata uang Tiongkok, Yuan.
"Efek jangka pendek (dari devaluasi Yuan) ini kan rupiah melemah. Kita harus antisipasi langkah apa yang akan diambil Bank Indonesia. Kalau responnya intervensi ya kita sih berharap kuat untuk mengintervensi," ujar Sunarso saat jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Namun, lanjut Sunarso, apabila terdapat langkah lain yang ditempuh oleh BI seperti menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate dan berdampak terhadap menguatnya rupiah, hal tersebut masih positif.
"Worst case (kondisi terburuk), BI sudah lakukan intervensi, interest rate naik tapi rupiah tetap melemah, di sini baru berdampak ke portfolio bank yakni berupa penurunan kualitas kredit. Ini yang perlu diantisipasi," kata Sunarso.
Sunarso sendiri melihat kebijakan devaluasi Yuan yang dilakukan Tiongkok untuk menyikapi pertumbuhan ekonomi global, tetapi untuk konteks saat ini kebijakan tersebut dalam rangka fokus terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
"Devaluasi kan artinya barangnya dibuat murah. Sekarang ini mereka lagi shifting dari konsumsi di dalam negeri menjadi ekspor sebagai driver pertumbuhan ekonominya," kata Sunarso.
Ia menambahkan, dampak jangka pendek dari devaluasi Yuan yakni pelemahan rupiah, sementara itu dampak jangka panjang yakni terhadap komoditi di dalam negeri yang sejenis dengan komoditi yang diproduksi di Tiongkok.
"Di pasar sendiri produk kita harus bertempur dengan barang-barang Tiongkok yang dimurahkan. Langkahnya, hari ini juga kita lakukan stress test, seberapa kuat kursnya. Kira-kira sampai kurs saat ini portfolio kredit BRI masih aman meskipun perlu kerja yang tidak biasa tapi luar biasa dan itu sudah di-support dengan relaksasi kebijakan OJK seperti restrukturisasi," kata Sunarso.
Sebelumnya, devaluasi mata uang Tiongkok secara tajam dan tak terduga pada Selasa (11/8) lalu, telah mengguncang pasar valuta asing, meningkatkan dolar dan memicu kekhawatiran tentang penundaan rencana Federal Reserve untuk meningkatkan suku bunganya.
Bank sentral Tiongkok (PBoC) mendevaluasi mata uang yuan sebesar hampir dua persen terhadap dolar AS, karena pihak berwenang mengatakan mereka berusaha untuk mendorong reformasi pasar dalam sebuah langkah satu kali.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015