Liverpool (ANTARA News) - Mario Balotelli tidak lagi mempunyai masa depan di Liverpool. Pemain timnas Italia itu tinggal menghitung hari, untuk itu Paolo Di Canio menyentil agar pemain yang kerapkali membuat ulah itu segera mengubah tabiat dan memperbaiki perilaku.
Di Canio menyentil dengan berujar secara blak-blakan bahwa Ballotelli hanya ingin menjadi selebriti, sebagaimana dikutip dari laman FouFour Two.
Penampilan dan torehan prestasi Balotelli di Anfield dibilang mengecewakan. Ia hanya mampu membukukan satu gol dalam 16 pertandingan di ajang Premier League musim lalu. Boleh jadi, inilah salah satu sebab tidak ada klub yang mau menanggung resiko dengan merekrut dia.
Balotelli tidak diturunkan ketika Liverpool meraih kemenangan 1-0 atas Stoke City di laga perdana Premier League pada Minggu (9/8).
Di Canio, pemain yang mencatat prestasi menawan ketika membela West Ham antara tahun 1999 dan 2003, merasa bahwa pemain berusia 24 tahun itu tidak berusaha mengembangkan talentanya.
Ia menyebut bahwa Balotelli cenderung lebih memfokuskan diri kepada citra dirinya sendiri.
"Saya di sini bicara sebagai seorang manajer. Pandangan dan pertimbangan saya lebih dari sisi sepak bola. Ini hal yang perlu anda pahami karena anda bermain dalam tim," kata Di Canio kepada TalkSport.
"Anda perlu berempati dalam hal-hal yang baik dan hal-jal yang buruk. Justru hal ini yang tidak ia lakukan. Banyak manajer coba mengubah dia. Mancini adalah ayahnya di laga sepak bola," katanya.
"Mourinho sudah lebih dulu paham. Ia pelatih yang sangat baik membaca perilaku dan karakter pemain. Dan ia berkata anda tidak akan mampu mengubah tabiat orang ini (Balotelli). Sekarang usianya hampir 25 tahun, untuk itu ia perlu mengubah diri. Ia tidak akan mampu mengandalkan uluran bantuan dari orang lain."
"Iblis ada bersemayam dalam otaknya. Ia masih muda, ia kuat secara fisik, ia atlet yang punya talenta luar biasa, hanya saja ia tidak pernah memanfaatkan potensinya."
"Ia punya potensi luar biasa dan saya berharap dari hati terdalam bahwa ia mampu mengubah diri. Hanya saja hal itu sangat sulit karena ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan media sosial, dan ia menggunakan sepak bola untuk menjadikan dirinya selebriti, bukan justru sebaliknya," kata Di Canio.
Penerjemah: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015