Makassar (ANTARA News) - Budayawan senior sekaligus seniman nasional Rahman Arge menghebuskan nafas terakhir di kediaman pribadinya Jalan Ade Irma Nasution nomor D 18, Kelurahan Ujungpandang Baru, Makassar, Sulawesi Selatan pada Senin pukul 10.00 WITA
Almarhum bernama lengkap Abdul Rahman Gega ini meninggal dunia di usia 80 tahun akibat sakit yang dideritanya serta meninggalkan lima orang anak dan 10 cucu.
"Bapak memang mempunyai sakit komplikasi, kanker prostat dan baru baru ini terkena stroke. Sempat dirawat di Rumah Sakit Siloam, setelah agak mendingan dibawa ke rumah untuk rawat jalan," ujar anak almarhum, Upika Arge di rumah duka dengan mata berkaca-kaca itu.
Ia juga menyebutkan pada Desember 2014 masih sempat ke Jakarta untuk menerima penghargaan dari Taman Ismail Marzuki di Menteng, Jakarta Pusat, namun pada April 2015 kondisi fisiknya mulai menurun.
"Saat itu bapak masih sempat nonton televisi, mem
baca buku dan melakukan aktivitas seperti biasa tetapi tidak sekuat dulu," ucapnya.
Anak ke-4 dari lima bersaudara ini juga menuturkan sejak dua minggu sebelum meninggal, ayahnya mulai kesulitan makan, meskipun dipaksakan namun tidak bisa, karena pencernaan sulit menerima.
"Dua Minggu kemarin bapak tidak mau makan, sejak saat ini kami mulai khawatir. Tapi Allah sudah memberikan jalan terbaik untuknya," tuturnya terlihat sedih.
Selain itu pesan almarhum kepada dirinya agar selalu merawat saudaranya yang menderita abnormal, bahkan pesan yang paling mendalam masih tersimpan di hatinya adalah kata jangan menyerah.
"Bapak selalu berpesan kamu jangan menyerah, bekerja dengan baik dan ikhlas, dan jangan pernah menyerah pada keadaaan," paparnya sembari menirukan pesan itu kepada wartawan.
Upika juga menunjukkan karya terakhir almarhum berjudulPermainan Kekuasaan yang diterbitkan Kompas Gramedia pada 2008 yang bercerita tentang kekuasaan yang mudah dipermainkan kelompok tertentu.
"Ini buku terakhir bapak yang masih ada kami simpan," katanya sambil menujukkan buku tersebut berwarna merah hitam kepada wartawan.
Sahabat dekat Rahman, Aspar Paturussi mengaku merasa sangat kehilangan sosok yang menjadi kawan setianya selama berpentas dan menciptakan kreatifitas seni.
"Saya sangat kehilangan beliau, sosok dan kharisma beliau sangat jarang dijumpai selain tegas dan berwibawa dirinya juga mudah bergaul dan ramah kepada orang-orang dan disukai orang," ucapnya saat melayat di rumah duka.
Rencananya pihak keluarga akan memakamkan jenazah almarhum di pekuburan Beruangin Makassar pada Selasa 11 Agustus 2015.
Dijadwalkan jenazah wartawan senior ini akan dilepas di gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel Jalan Andi Pengeran Pettarani pukul 08.00 WITA.
Saat ini pihak keluarga masih menunggu kedatangan tiga anaknya di rumah duka. Berdasarkan pantauan hadir sejumlah seniman Makassar, para pimpinan media massa, wartawan, bahkan sejumlah seniman asal jakarta mulai berdatangan di rumah duka sore ini untuk melayat.
Prestasi Rahman Arge
Lelaki kelahiran Makassar, 17 Juli 1935 ini merupakan budayawan dan aktor besar dari Sulawesi Selatan. Arge aktif menjadi kolumnis di beberapa media di Makassar, bahkan dirinya pun aktif di dunia panggung seniman sejak era 70-an hingga 90-an.
Sosok Rahman Arge ternyata bukan sekadar wartawan dan penulis, tetapi juga seorang seniman dan budayawan yang karyanya banyak digemari. Selain pemain teater Rahman juga seorang penulis naskah teater bahkan dapat bertindak sebagai sutradara.
Sebelumnya, Rahman pernah menimba ilmu pada sekolah jurnalistik dan drama, selain itu almarhum juga piawai dalam berpolitik sebagai politisi. Di bidang politik Rahman Arge pernah menjadi anggota DPRD Sulsel selama empat periode, sedang satu periode lainnya menjabat anggota DPR dan MPR RI di Jakarta.
Pada bidang jurnalistik, bersama rekannya Mahbub Djunaidi pernah mendirikan koran bernama Duta Masyarakat untuk edisi khusus Sulawesi Selatan. Selain itu Rahman pernah menebitkan majalah Suara, Esensi, Timtim, Harian Pembaharuan, dan Pos Makassar.
Pada tahun 1973-1992 Rahmah pun didaulat menjadi Ketua PWI Sulsel dan menjadi anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat. Sehingga pemerintah pun menganugerahkan penghargaan kesetiaan kepadanya karena mengabdi lebih dari 50 tahun dalam dunia pers.
Sementara di bidang teater, film, dan kebudayaan, Rahman Arge telah bermain di tujuh film, dan di dua festival film nasional, sekaligus mendapat Piala Citra dan Piala Khusus.
Arge adalah pendiri Teater Makassar (TM), serta pernah memimpin Dewan Kesenian Makassar (DKM), dan Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI) Sulawesi Selatan.
Rahman pun telah menerima Anugerah Seni pada 1977 dan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden RI pada tahun 2003. Selain itu pernah meraih penghargaan sebagai penegak pers Pancasila atas jasanya melawan PKI.
Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015