Jakarta (ANTARA News) - Harian Inggris The Independent, dalam lamannya 31 Juli lalu, memberitakan bahwa penemuan potongan sayap pesawat di Pulau La Reunion yang kemudian dipastikan Malaysia sebagai bagian dari pesawat hilang Malaysia Airlines MH370, menguatkan lagi teori-teori konspirasi di balik hilangnya MH370.

Salah satu teori konspirasi yang disebut The Independent adalah bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh militer AS karena tengah berupaya mendekati pangkalan militernya di Diego Garcia di mana skuadron-skuadron pembom jarak jauh AS berpangkalan dan terletak hampir tepat di tengah Samudera Hindia.

Menurut laman The Star edisi 8 Maret 2015, sejak 1977 Diego Garcia telah digunakan sebagai pangkalan Angkatan Laut AS. Di sini, diparkir berbagai kapal perang, kapal selam, fasilitas pelacak komunikasi dan antariksa, dan sekaligus menjadi pangkalan angkatam udara untuk pesawat pembom jarak jauh. Artinya, di sini juga ada landasan udara.

Rabu dua pekan lalu, potongan sayap pesawat yang berfungsi menyeimbangkan pesawat dan umum disebut flaperon ditemukan di Pulau La Reunion di Samudera Hindia bagian barat, atau berbalik 180 derajat dengan area pencarian MH370 yang justru ada di bagian timur Samudera Hindia di dekat lepas pantai Australia.

Dua pekan kemudian, tepatnya hari ini, media massa Inggris termasuk Daily Mail ramai melaporkan bahwa penduduk Maladewa, negara kepulauan yang menjadi destinasi wisata terkenal dunia dan terletak 2.000 km di sebelah utara (timur laut) La Reunion, telah menemukan puing-puing diduga dari sebuah pesawat Boeing 777. Penemuan ini kini sedang diselidiki pihak berwenang.

Penemuan puing di Maladewa ini bahkan jauh lebih seru dibandingkan dengan penemuan di La Reunion, karena dibarengi oleh banyak sekali warga Maladewa yang mengungkapkan lagi kesaksian mereka tahun lalu bahwa mereka telah melihat sebuah pesawat jet penumpang besar terbang rendah di atas mereka, tepat pada pagi hari 8 Maret 2014 saat MH370 dinyatakan hilang oleh otoritas Malaysia.

Yang mengagetkan adalah, jika melihat peta, antara La Reunion dan Maladewa terdapat pulau milik Inggris namun dijadikan salah satu pangkalan militer paling strategis Amerika Serikat, yakni Diego Garcia.

Diego Garcia hanya 1.475 mil dari La Reunion. Jarak yang cukup dekat ini membuat The Independent menyebutkan adalah masuk akal jika penemuan puing di La Reunion menguatkan lagi teori bahwa MH370 ditembak jatuh.

Menurut Daily Mail, mengutip serangkaian teori konspiratif MH370, pesawat Boeing 777 milik penerbangan Malaysia ini ditembak jatuh oleh militer Amerika Serikat karena khawatir telah dibajak seseorang untuk ditabrakkan ke pangkalan AS di Diego Garcia itu.

Mantan direktur Proteus Airlines, Prancis, Marc Dugain mengaku telah diingatkan oleh dinas rahasia Inggris bahwa dia telah mempertaruhkan nyawanya karena menyelidiki MH370 dari sudut pandang kontroversial (dari sisi "ditembak jatuh oleh militer AS").

Dugain berpandangan, MH370, baik karena dibajak teroris atau sengaja diterbangkan pilotnya, telah digunakan sebagai bom kamikaze (serangan bunuh diri) seperti dalam Serangan 9 September 2001 yang meruntuhkan menara kembar World Trade Center di New York, AS.

Menurut Dugain, menyadari situasi berbahaya (mendapati pesawat tak dikenal mengarah ke Diego Garcia), militer AS menembak jatuh MH370, lalu menyingkirkan semua barang bukti dan mengalihkan pencarian pesawat ini ke arah timur Samudera Hindia, dekat Australia.

Tidak ada yang bisa menguatkan asumsi Marc Dugain, namun teori MH370 berusaha sengaja diterbangkan ke Diego Garcia, termasuk oleh pilot Zaharie Ahmad Shah, bersesuaian dengan temuan simulator penerbangan di rumah sang pilot. Dari simulator itu diketahui Zaharie berlatih mendaratkan pesawat badan lebar di landasan pendek yang serupa dengan landasan pesawat Diego Garcia.

Penulis Nigel Cawthorne bahkan mengajukan teori lebih gila, seperti tertulis dalam bukunya yang kontroversial "Flight MH370: The Mystery", bahwa sewaktu latihan militer bersama AS-Thailand di Teluk Thailand, MH370 terbidik tembakan nyasar. AS kemudian menutupi kejadian itu dan mengalihkan perhatian dengan membuat peta pencarian MH370 ke arah barat Teluk Thailand di Samudera Hindia.

AS membantah semua teori konspiratif ini dan bantahan AS ini diamini beberapa pakar.

Di antara pakar yang tidak percaya AS melakukan itu adalah Anthony Glees, pakar dan direktur Centre for Security and Intelligence Studies pada Universitas Buckingham, Inggris.

Profesor Glees mengatakan AS tidak mempunyai alasan untuk bertindak seperti itu atau berdiam diri kepada dunia bahwa mereka telah menembak MH370, andai penembakan memang benar terjadi.

"Dalam teori, AS memang bisa saja menembak jatuh pesawat yang dikira tengah menyerangnya tetapi mereka tidak hanya akan menembakkan peluru kendali, mereka akan terlebih dahulu menyelidiki pesawat itu dengan mengirim pesawat tempur dan akan sadar betul bahwa andai pun pesawat itu harus ditembak jatuh, dunia mesti diberi tahu," kata Glees.

Sedangkan mantan pilot British Airways Alastair Rosenschein mengatakan Amerika Serikat tidak akan bisa menyembunyikan fakta ini dan dalam peristiwa apa pun, jika benar, AS akan mengakui tindakannya dengan alasan untuk mencegah aksi teroris dan sebagai deterens (penangkalan) terhadap serangan teroris di masa depan, demikian The Independent.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015