Massa yang memadati area keluar masuk Lapas Kelas I Lowokwaru itu menuntut pertanggungjawaban sipir Lapas yang dianggap sudah mendzalimi kaum muslim.
"Kami minta dipertemukan dengan sipir atau saya cari sendiri sipir tersebut," kata salah seorang pengunjuk rasa, Muhammad Romli, sambil berteriak.
Ia mengaku tuntutan itu dikeluarkan dengan harapan agar ke depan tidak terjadi lagi perbuatan yang sama terhadap kaum Muslim. "Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi, tak terkecuali di dalam Lapas," ujarnya.
Untuk mengakomodasi keinginan para pengunjuk rasa itu, pihak Lapas Lowokwaru minta empat orang perwakilan masuk ke dalam Lapas dengan pengawalan polisi.
Setelah melakukan pertemuan dengan pihak Lapas perwakilan Umat Muslim Jatim yang juga rekan narapidana terorisme itu mengaku tidak puas dengan jawaban dari pihak lapas, sehingga mereka meminta pertemuan ulang dan menuntut akan mengerahkan massa lebih banyak.
"Masih akan ada pertemuan lanjutan, tidak tahu mereka berkelit banyak alasan, sehingga negoisasi kita lama sekali di dalam. Kita tidak akan berhenti untuk memperjuangkan ini, apabila terjadi kezdoliman lagi kami akan mengerahkan masa lebih banyak lagi. Jika kami tidak bisa mengerahkan massa kita akan bentuk tim khusus untuk memburu mereka," ujarnya.
Ketika ditanya soal kedzoliman yang diterima narapidana teroris rekan mereka, ia mengatakan jika rekannya di dalam Lapas menerima pukulan dan dilempari batu. "Dilempar dan dipukul oleh sipir itu biasa, kalau di Lapas sipir kan seperti super hero dan merasa paling hebat," ucapnya.
Sementara itu Kabid kegiatan kerja Lapas Kelas I Lowokwaru Efendi Yulianto membantah terjadinya pemukulan terhadap narapidana yang dilakukan sipir. "Katanya ada pemukulan, padahal tidak ada pemukulan terhadap ikhwan mereka," tegasnya.
Effendi mengaku jika semua permintaan para pengunjuk rasa sudah dipenuhi. "Kami juga sudah menjelaskan semua yang terjadi dan mereka juga sudah menerima," ucapnya.
Akibat terjadinya kericuhan di dalam Lapas Lowokwaru, Sabtu (8/8), sembilan narapidana terorisme dipindah dari Lapas Lowokwaru ke Laps lain di Jatim, yakni Lapas Lumajang, Madiun, Pamekasan, Sidoarjo, dan Probolinggo.
Proses evakuasi narapidana terorisme dari Lapas Kelas I Lowokwaru berjalan tegang, Sabtu (8/8) malam hingga Minggu (9/8) dini hari. Sembilan narapidana tersebut diboyong menggunakan dua mobil Baracuda Brimobda Ampeldento, serta satu unit mobil panser dan satu kendaraan tahanan dengan pengawalan ketat dari aparat kepolisian dan petugas Brimob.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015