Pergerakan
menuju konsumsi daging sebelumnya dikatakan sebagai penyebab utama
peningkatan tersebut. Namun sebuah studi terbaru mengatakan hal itu
didorong oleh konsumsi karbohidrat, khususnya dalam bentuk zat tepung.
Nzherald
melansir zat tepung tersedia bagi populasi leluhur kita dalam bentuk
kentang, biji-bijian, buah-buahan dan kacang-kacangan.
Penemuan
bagaimana mengontrol api membuat kentang bisa dimasak, sementara
evolusi protein air liur ekstra yang dikenal senagai gen amilase
membuat manusia bisa mengurai zat tepung kaya kalori menjadi gula untuk
memberi makan otak.
Pemimpin penelitian Dr Karen Hardy, dari Universitas Autonomous
di Barcelona, mengatakan otak menggunakan 60 persen dari glukosa darah
kita dan hal itu tampaknya tak akan terpenuhi kalau kita kurang asupan
karbohidrat.
Gen ekstra amilase,
digabung dengan pengetahuan memasak, meningkatkan ketersediaan rangsum
glukosa ke otak. Hal itu pada gilirannya memungkinkan percepatan ukuran
otak yang terjadi sejak sekitar 800.000 tahun ke sepan.
"Mengkonsumsi
daging mungkin jadi awal mula evolusi membesarnya otak, namun memasak
makanan yang memiliki sat tepung ditambah dengan bertambahnya gen
amilase air liur membuat kita tambah pintar," kata Dr Karen dalam studi
yang dipublikasikan di jurnal The Quarterly Review of Biology.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015