Pekanbaru (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kampar Provinsi Riau menargetkan untuk memproduksi 2,5 liter juta biourine per bulan, diolah dari urine sapi dan kemudian dipasarkan di daerah itu serta sejumlah wilayah lain sebagai pengganti pupuk kimia yang dinilai mengancam kesuburan tanah.

"Biourine produksi Kampar merupakan pupuk berkualitas tinggi dan justru akan kembali menyuburkan tanah yang selama ini telah dirusak oleh penggunaan pupuk kimia," kata Bupati Kampar Jefry Noer kepada pers di Kampar, Minggu.

Jefry menjelaskan, produksi biourine saat ini diterapkan lewat Program Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi (RTMPE). Dalam program ini, tiap rumah tangga mandiri diminta untuk memelihara enam ekor sapi di atas lahan seluas seribu meter persegi.

Nantinya, lanjut dia, tiap rumah tangga mandiri akan mampu menghasilkan sebanyak 500 hingga 1.000 liter biourine yang diolah dari urine enam ekor sapi tersebut.

Untuk tahun ini, kata Jefry, ditargetkan bakal ada 1.500 hingga 2.500 warga termasuk seluruh pejabat eselon hingga camat dan kepala desa yang diwajibkan melaksanakan Program RTMPE.

Jika teralisasi, katanya, maka Kampar akan mampu memproduksi sekitar 2,5 juta liter biourine setiap bulannya dan akan dipasarkan ke sejumlah petani lokal maupun luar daerah.

Biourine produksi RTMPE Kampar sebelumnya telah terbukti baik untuk tanaman hortikultura bahkan kelapa sawit. Hasilnya lebih memuaskan dan kesuburan tanah tetap terjaga.

Untuk tanaman sayuran atau hortikultura yang menggunakan biourine, lanjut dia, sebelumnya telah menuai hasil lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk kimia. Sementara untuk tanaman kelapa sawit, terbukti telah menumbuhkan kesuburan luar biasa.

"Pada umur yang masih 10 hingga 12 bulan saja, sawit yang menggunakan biourine telah tumbuh dengan buah dompet. Pada tanaman sawit lain, normalnya buah dompet ada setelah berumur 16 bulan keatas," katanya.


Simbol Kemajuan

Sebelumnya Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kementerian Pertanian menyatakan biourine Kampar menjadi simbol kemajuan pertanian nasional.

"Saya telah melakukan peninjauan ke Kampar beberapa kali dan selalu menyampaikan dalam beberapa pertemuan di luar daerah termasuk di Kalimantan. Hasilnya banyak daerah yang tertarik untuk mengadopsinya," kata Kepala Balitsa Dr Liferdi.

Petinggi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit Wicaksana Darmosarkoro menyatakan Kabupaten Kampar Provinsi Riau merupakan pioneer bagi pengembangan lahan kelapa sawit menggunakan pupuk organik dan biourine hingga melepaskan ketergantungan pupuk kimia yang selama ini terbukti merusak kesuburan tanah.

"Ini merupakan kunjungan kedua saya ke Kampar dan selalu ada yang menarik perhatian saya. Kali ini pola pengembangan kelapa sawit menggunakan biourine yang sangat luar biasa dampaknya," kata Wicaksana.

Ketua Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (CPO Fund) Rusman Heryawan mengatakan, penggunaan biourine pada tanaman sawit akan sangat baik bahkan berkelanjutan.

Katua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Riau Wisnu Oriza mengatakan pengembangan pupuk organik dan biourine di Kampar akan didukung sepenuhnya.

"Harapannya kedepan daerah dapat mandiri dan tidak lagi ketergantungan pupuk kimia yang diimpor. Kami akan melakukan gajian lanjutan," katanya.

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015