Jakarta (ANTARA News) - Managing Director Mountain Kejora Ventures, Andy Zain, mengatakan 80 persen start up di Amerika Serikat mengalami kegagalan, bahkan setelah mendapat dana dari investor.
Dalam gelaran Ideafest 2015 kelas "Why Start Up Fails?", di Jakarta, Jumat, Andy bersama CMO GDP Ventures, Danny Wirianto, mengungkap alasan yang membuat sejumlah founder menyerah dengan start up-nya.
1. Pasar
Menurut Danny ide yang bagus saja tidak cukup untuk membuat start up berhasil, pasar justu merupakan hal utama yang membuat start up bertahan.
"Ide bagus, tapi tidak dapat menjawab kebutuhan pasar, percuma," tegas Danny.
Besar atau kecilnya pasar, Menurut Andy, juga sangat menentukan penyandang dana untuk berinvestasi.
"Investor masuk kalau pasarnya besar," ujar dia.
2. Tim
Danny mengatakan tim yang solid merupakan kunci sukses start up. Menurut dia, banyak start up yang gagal justru karena para founder.
"Kebanyakan kegagalan start up itu karena pertengkaran antar founder karena beda idealisme atau visi," kata dia.
"Jangan egois, mentang-mentang CEO tidak mau mengakui kekuarngan diri sendiri dan kelebihan orang lain," sambung dia.
Danny juga menyarankan agar masing-masing founder memiliki keahlian yang berbeda. Hal senada juga diungkapkan Andy untuk merekrut orang-orang pilihan.
"Cari orang yang bagus dari segi marketing, teknologi dan desain. Jangan pilih orang karena dia teman atau saudara, tapi karena dia memang berkualitas," ujar dia.
"Start up itu tetap bisnis, bukan perusahaan teknologi, itu yg harus ditekankan. Banyak start up yang berhasil dan timnya itu-itu saja," tambah dia.
3. Model Binis
Menurut Andy banyak start up yang tidak memiliki model bisnis yang jelas. Mereka kebanyakan lebih fokus untuk mencari dana terlebih dahulu.
"Banyak start up yang bisnis modelnya enggak jelas, berdasarkan hobi atau meng-copy dari luar negeri, tapi apakah sesuai? Jawabannya belum tentu," kata dia.
4. Eksekusi
Andy mengatakan bahwa kebanyakan start up menggampangkan pelaksanaan. Bahkan, menurut Danny banyak start up yang jutru kehabisan uang setelah mendapat pendanaan.
"Kebanyakan berasa OKB, Orang Kaya Baru, dapat dana banyak uang, tapi tidak tau cara mengelolanya, tidak langsung digunakan untuk pengembangkan start up, hasilnya uang habis, start up nol," ujar Danny.
Danny dan Andy berharap kegagalan tersebut dapat dipelajari oleh start up lain, sehingga start up Indonesia dapat tumbuh dan berkembang.
Keduanya juga memberi saran bahwa dalam mendirikan start up agar konten lokal perlu diperhatikan. Start up berkonten lokal akan lebih banyak mendatangkan konsumen. Tidak hanya itu, para founder juga disarankan untuk mengembangkan jaringan (networking).
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015