"Kerja sama semua pemangku kepentingan industri, khususnya industri hilir kelapa sawit diharapkan dapat menyukseskan pelaksanaan program nasional tersebut. Jadi, hilirisasi perlu dilakukan," kata Pranata di Jakarta, Kamis.
Pranata mengatakan, perkembangan harga komoditas sawit ini terus melemah dan seyogyanya disikapi dengan upaya pengolahan lebih lanjut dengan nilai tambah yang tinggi.
Pranata menambahkan, terdapat beberapa produk turunan hasil hilirisasi kelapa sawit yang dapat dikembangkan, misalnya menjadi produk oleokimia, oleo-food oleo-chemical, yang dapat dimanfaatkan untuk industri kosmetika.
Untuk mendukung hilirisasi tersebut, pemerintah juga memberlakukan kebijakan pengenaan Bea Keluar progresif atas minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya.
Serta, lanjut Pranata, mendorong perluasan investasi baru dengan adanya fasilitas tax holiday dan tax allowance.
Pemerintah juga melakukan promosi investasi dengan menawarkan beberapa klaster kepada calon investor seperti yang terdapat di kawasan industri Sei Mangke, Sumatera Utaara, Dumai dan Kuala Enok, Riau. Serta Malot Kalimantan Timur.
Dengan hilirisasi, lanjut Pranata, produk turunan kelapa sawit akan tumbuh pesat, seperti yang pernah terjadi, di mana dari 54 produk pada 2011 menjadi 154 pada 2014.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015