Sydney (ANTARA News) - Satu tim penyelidik di Prancis tengah menyelidiki flaperon sebuah pesawat Boeing 777 yang terdampar di Pulau Le Reunion milik Prancis di Samudera Hindia.

Malaysia sudah memastikan bahwa potongan sayap pesawat itu berasal dari Malaysia Airlines Mh370.

Para analis dan pakar mengatakan bagian sayap itu akan bisa menyingkapkan mengapa jet penumpang Malaysia Airlines itu masuk samudera setelah hilang dari pantauan radar dengan membawa serta 239 orang di dalamnya Maret tahun silam selagi menerbangi rute Kuala Lumpur ke Beijing.

Berikut trivia mengenai skenario pemeriksaan forensik flaperon MH370, dikutip dari AFP:

Q. Akankah pemeriksaan forensik pada puing itu menawari kita keterangan mengenai apa yang telah terjadi pada pesawat itu?
A. Para penyelidik akan meneliti kondisi flaperon yang menurut para pakar penerbangan tidak terlalu rusak. Analisis ini juga bisa mengungkapkan bagaimana bagian sayap yang melekat pada jet itu dan kemudian bagaimana pesawat itu masuk samudera, selain juga seberapa keras tabrakan (pesawat dengan air laut). Siput kecil atau teripit yang menempel pada flaperon juga bisa menunjukkan tempat asal puing mengapung.

Q. Akankah analisis flaperon bisa menerangkan bagaimana pesawat itu jatuh?
A. Pakar penerbangan Australia Neil Hansford mengatakan kondisi flaperon yang relatif utuh, selain apa yang terlihat sebagai laminasi pada tepi belakang sayap pesawat, mungkin menunjuk pada masuknya pesawat ke air laut dalam kondisi "jatuh dalam posisi terkendali (pilot)", yang menyimpulkan pesawat itu mendarat di atas air ketika kehabisan bahan bakar, bukan karena menabrak samudera dalam cara yang traumatis.

Q. Bisakah puing-puing lain dari pesawat tetap mengapung di permukaan samudera?
A. Wakil Perdana Menteri Australia Warren Truss dan Badan Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) yang adalah lembaga yang memimpin pencarian MH370, berhati-hati dengan mengatakan pemodelan hanyutan oleh badan sains nasional CSIRO menunjukkan bahwa jika ada lebih banyak lagi puing yang mengapung, maka itu akan berada jauh di seluruh pelosok Samudera Hindia. Hansford mengatakan, karena bagian sayap itu terbuat dari bahan komposit –fiber karbon-- bukan logam berat, flaperon dari bagian sayap satunya lagi bisa saja masih terapung. Kepala program penerbangan pada Universitas Central Queensland, Australia, Ronald Bishop, mengatakan penemuan itu paling tidak bisa memicu penelitian lebih dekat kepada puing yang terdampar di kawasan La Reunion yang kurang mendapatkan perhatian.

Q. Seberapa penting penemuan flaperon ini dalam menjejak lokasi medan utama bangkai pesawat?
A. Konsultan penerbangan dari Indonesia, Gerry Soejatman, mengatakan penemuan itu menjadi pendorong yang diperlukan para pencari, yang meyakinkan mereka bahwa selama ini mereka telah mencari pesawat di daerah yang benar. Pihak berwajib Australia mengatakan model hanyutan puing menunjukkan bahwa meterial dari area pencarian saat ini mungkin terbawa ke La Reunion, selain ke lokasi-lokasi lain. Mereka menambahkan bahwa model sebaliknya untuk menentukan dari mana puing dihanyutkan adalah hampir mustahil, dan menegaskan kembali keyakinan mereka bahwa medan utama bangkai pesawat ada di area pencarian sekarang.

Q. Seberapa dekat penemuan itu dapat membawa kita memecahkan misteri penerbangan terbesar di dunia ini?
A. Para analis penerbangan berhati-hati untuk menyimpulkan berapa besar bagian sayap bisa menerangkan mengapa pesawat itu hilang. Hansford mengatakan apa yang bisa dibuktikan adalah bahwa MH370 benar jatuh tenggelam di Samudera Hindia selatan, tetapi mengapa jatuh di sana hanya bisa dijawab jika dan ketika kotak hitam ditemukan. Bishop mencatat bahwa perlu waktu lebih dari 70 tahun untuk menemukan bangkai Titanic, kapal pesiar yang karam pada 1912 di Samudera Atlantik.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015