"Peringatan kemerdekaan ke-70 RI nanti bisa menjadi momentum bangsa kita untuk merefleksi kekuatan pertahanan yang dimiliki. Indonesia harus menjadi negara yang kuat, ekonomi, sosial, budaya, politik dan hankam," ujarnya di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan Indonesia yang kuat bukan untuk menjadi ancaman bagi bangsa lain, tetapi untuk kesejahteraan bangsa sendiri dan agar Indonesia dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
Selain itu menurut dia, Indonesia juga akan berkontribusi dalam memelihara perdamaian dunia sebagaimana amanah UUD NRI 1945.
"Lembaga pemeringkat kekuatan militer dunia Global Fire Power Military pada tahun 2015 ini menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-12 dengan Power Index 0.5231," ucapnya.
Anggota Komisi I DPR RI itu mengatakan melalui semangat kemerdekaan, harus terus meningkatkan "power index" Indonesia.
Dia berharap tahun 2016 power index Indonesia beranjak masuk 10 besar kekuatan militer dunia, dan pada tahun 2024 bisa masuk 5 besar.
"Untuk mencapai itu, setidaknya ada tiga hal yang perlu kita tingkatkan, yaitu SDM, alutsista, dan anggaran," tuturnya.
Menurut dia, personel tentara Indonesia berjumlah sekitar 400.000 orang, dan personel TNI memiliki kemampuan tempur cukup baik. Selain itu ujar dia, ditambah sejumlah pasukan elite khusus di masing-masing matra.
"Seperti Kopassus dan Raider di Angkatan Darat (AD), Paskhas dan Denbravo (Detasemen Bravo) 90 di Angkatan Udara (AU), Kopaska (Komando Pasukan Katak), Yontaifib (Batalyon Intai Amfibi) dan Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) di Angkatan Laut (AL)," paparnya.
Sukamta mengatakan daya tempur personel TNI mungkin saja masih lebih unggul dari pada negara-negara lain jika dihadapkan secara "face to face" di lapangan tanpa senjata.
Selain itu menurut dia, daya survival dan daya tempur pasukan elite Indonesia sudah diakui kehebatannya oleh negara-negara lain.
"Ini jadi kebanggaan tersendiri, tapi jangan terlena karena kita harus terus tingkatkan kuantitas dan kualitasnya," katanya.
Sukamta mengemukakan terkait alat utama sistem senjata (alutsista) dan anggaran pertahanan, TNI memiliki program Rencana Strategis (Renstra) dan MEF (Minimum Essential Forces).
Dia menjelaskan Renstra yang dibuat TNI terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu renstra tahap I (2005-2009), renstra tahap II (2010-2014) dan renstra tahap III (2015-2019).
"Anggaran untuk Renstra tahap II meningkat 100 persen dari tahap I. Sedangkan untuk tahap III anggaran meningkat hampir 100 persen," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa TNI juga mengagendakan MEF untuk memenuhi kebutuhan minimum pertahanan ke dalam 3 tahap, yaitu MEF tahap I (2010-2014), MEF tahap II (2015-2019) dan MEF tahap III (2020-2024).
Dia menilai, dari tahun ke tahun, tahap ke tahap, anggaran untuk membeli dan memperbaharui alutsista terus meningkat.
"Kami juga mendorong agar anggaran tersebut terus ditingkatkan untuk tahun-tahun selanjutnya," tambahnya.
Sukamta menilai apabila SDM, alutsista dan anggaran terus ditingkatkan secara kuantitas dan kualitasnya melalui program Renstra dan MEF ini, maka Indonesia bisa masuk menjadi 5 besar kekuatan militer dunia pada tahun 2024.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015