Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) meraih laba bersih sebesar 570 juta dolar AS atau setara Rp7,4 triliun selama semester pertama 2015.
"Di tengah tantangan harga minyak dunia yang rendah, alhamdulillah, Pertamina meraih laba bersih sebesar 570 juta dolar AS setelah pada awal tahun sempat alami kerugian," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta, Rabu.
Hingga Juni 2015, harga minyak Indonesia (ICP) jatuh ke posisi 59,4 dolar AS per barel atau jauh di bawah periode sama 2014 sebesar 106,6 dolar AS per barel.
Namun demikian, menurut dia, Pertamina mencatat pertumbuhan produksi migas yang menggembirakan selama semester pertama 2015 yakni naik sekitar enam persen dibandingkan periode sama 2014.
Hingga Juni 2015, produksi migas Pertamina mencapai 550,89 ribu barel setara minyak per hari yang terdiri atas minyak 270,76 ribu barel per hari dan gas 1.600 MMSCFD.
Capaian produksi minyak itu antara lain disokong aset Pertamina di luar negeri yakni 73,5 ribu barel per hari.
Dari sisi pengolahan, pada kuartal kedua 2015, biaya pokok produksi kilang Pertamina juga sudah di bawah 100 persen terhadap harga impor yang menunjukkan kilang lebih efisien.
Dwi mengatakan, akibat penurunan harga minyak, pendapatan Pertamina pada semester pertama 2015 mencapai 21,79 miliar dolar atau turun 40,69 persen dibandingkan periode sama 2014.
Di sisi lain, beban pokok dan usaha mencapai 20,22 miliar dolar AS yang juga lebih rendah 35,26 persen dibandingkan semester pertama 2014. Sementara, EBITDA mencapai 2,32 miliar dolar AS.
Untuk penjualan BBM semester pertama 2015, tercatat turun 7,16 persen menjadi 30,07 juta kiloliter.
Dwi juga mengatakan, sesuai kebijakan pemerintah, Pertamina tidak melakukan perubahan harga BBM yang menyebabkan adanya potensi kehilangan pendapatan akibat menjual produk di bawah harga keekonomian sebesar Rp12,6 triliun sampai Juli 2015.
Dari sisi investasi, Pertamina mencatat realisasi hingga semester pertama 2015 sebesar 1,87 miliar dolar AS yang 72 persen adalah investasi hulu migas.
Pertamina, lanjutnya, juga mencatat efisiensi hingga semester pertama 2015 sebesar 249,16 juta dolar atau 3,26 persen di atas target.
Besaran efisiensi tersebut bersumber dari sentralisasi pengadaan nonhidrokarbon 87,80 juta dolar AS dan sentralisasi pengadaan hidrokarbon di ISC sebesar 37,7 juta dolar AS.
"Sedang, efisiensi terbesar adalah berasal dari upaya insan Pertamina melakukan tata kelola secara ketat pada arus minyak yang menyumbang efisiensi sebesar 107,94 juta dolar AS," kata Dwi.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015