Pangkalpinang (ANTARA News) - Rektor Universitas Bangka Belitung, Bustami Rahman, menawarkan gagasan baru dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang diberi nama "Seat In" guna memberi peluang dan ruang kepada mahasiswa yang berminat pada mata kuliah tertentu.
"Sebagai contoh, misalkan ada mahasiswa dari Fakultas Hukum yang berminat dan berbakat menjadi peternak ikan, mengapa kita tidak berikan kesempatan untuk mendalami peternakan ikan di Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi saja," ujarnya di Pangkalpinang, Selasa.
Selain itu, jika ada mahasiswa Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi UBB yang berminat dan punya atensi tinggi menguasai teknik berdebat di persidangan, maka dipersilakan mengikuti kuliah teknik pedebatan di persidangan di Fakultas Hukum.
"Tentu saja kita akan buat aturannya, antara lain terlebih dahulu mendapat izin dari dosen penanggung jawab mata kuliah yang diminati. Soal biaya, itu juga akan dibuat aturannya," ujarnya.
Ia menyebutkan, gagasan atau metoda "Seat In" ini berawal dari keprihatinannya atas kenyataan bahwa UBB sebagai lembaga pendidikan tinggi kaya dengan berbagai disiplin ilmu.
"Kita ini bodoh, kita kan punya banyak ilmu mengapa kita mengajari mahasiswa kita dengan ilmu itu-itu saja. Padahal ilmu itu bisa dibagi-bagikan kepada mahasiswa lain bidang. Selain itu di lapangan dan dunia kerja, banyak pekerjaan tertentu diisi oleh orang yang bukan bidangnya, tapi berhasil karena punya minat yang tinggi terhadap bidang ilmu itu," ujarnya.
Dia mencontohkan di dunia perbankan saat ini CEO atau pucuk pimpinannya kebanyakan kalangan insinyur teknik dan lain-lain, demikian pula di banyak bidang lain.
Menurut dia, kesuksesan seseorang tidak bisa dilihat dari perolehan nilai sejak pendidikan rendah hingga sekolah menengah atas.
"Banyak terjadi mereka yang di SD, SMP dan SLTA tergolong siswa biasa-biasa saja tapi ketika di perguruan tinggi prestasinya melejit menjadi nomor satu. Berdasarkan hasil survei, yang sukses itu umumnya mahasiswa tergolong berpretasi menengah. Yang juara di SD, SMP dan SLTA, justru banyak yang gagal menyesaikan pendidikan di perguruan tinggi," ujarnya.
Pewarta: Ahmadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015