Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan terus berupaya untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen kakao terbesar ke-3 di dunia melalui upaya peningkatan kapasitas pemahaman para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan di rantai pasok global kakao.
"Pemahaman mengenai pasar berjangka kakao dan pemodelan ekonometrik di pasar kakao akan ditingkatkan melalui berbagai upaya," kata Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Bachrul Chairi melalui siaran pers yang diterima, di Jakarta, Selasa.
Bachrul menambahkan, Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana, dan kakao memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia dimana jumlah produksi kakao pada 2014 mencapai 700 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat.
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan International Cocoa Organization (ICCO) menyelenggarakan seminar "Cocoa on Futures Markets and Econometric Modeling" di Kuta, Bali, pada 3-6 Agustus 2015.
"Untuk itu kita perlu memanfaatkan program-program peningkatan kapasitas semacam ini untuk menjaga dinamika pasar di dalam negeri. Kegiatan semacam ini juga menjadi ajang para pemangku kepentingan kakao, dari sektor hulu sampai hilir untuk berinteraksi dan saling meningkatkan jaringan bisnis," lanjut Bachrul.
Isu yang dibahas antara lain mengenai pasar berjangka kakao, peserta seminar mendapatkan pengetahuan tentang cara memperhitungkan risiko operasional dan pasar yang dihadapi dalam rantai pasok kakao.
Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Ditjen KPI Deny W. Kurnia, menyatakan bahwa pasar berjangka memiliki peran penting dalam ekonomi kakao dunia, yaitu memfasilitasi "shifting" risiko harga atau fungsi lindung nilai, memberikan informasi berharga mengenai "storage decision", serta sebagai pusat pengumpulan dan penyebaran informasi harga dunia.
Selain itu, juga dibahas tentang model ekonometrik kakao dunia dengan kajian isu-isu dan aspek teknis yang terkait dengan pemodelan ekonometrika ekonomi kakao dunia, termasuk pemodelan ekonomi kakao di masing-masing negara produsen kakao.
"Model ekonometrik merupakan alat ukur hubungan kuantitatif ekonomi. Secara umum, model tersebut digunakan untuk meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana pasar berfungsi dan dampak ekonomi dari pembuatan kebijakan, khususnya terkait manajemen produksi," kata Deny.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015