Jakarta (ANTARA News) - Mahkamah Konstitusi menolak permohonan uji materi terkait dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dimohonkan Tim Pembela Kedaulatan Ekonomi Bangsa (TPKEB).
"Menolak permohonan para pemohon untuk selain dan selebihnya," ujar Ketua Hakim Konstitusi Arief Hidayat membacakan amar putusan Mahkamah di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Selasa.
Mahkamah juga menyatakan permohonan provisi para pemohon tidak dapat diterima, namun mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian terkait dengan frasa "dan bebas dari campur tangan pihak lain" yang mengikuti kata "independen" dalam Pasal 1 Angka 1 UU OJK.
Secara garis besar, dalam permohonan dan provisinya TPKEB meminta kegiatan operasional OJK diberhentikan untuk sementara waktu hingga ada putusan pengadilan yang bersifat final dan mengikat.
Dalam pertimbangannya, Mahkamah berpendapat bahwa pembentukan OJK sebagai lembaga yang independen adalah perintah Pasal 34 UU BI.
"Meski tidak diperintahkan oleh UUD 1945, hal tersebut tidak serta-merta pembentukan OJK adalah inkonstitusional karena pembentukan OJK atas perintah undang-undang yang dibentuk oleh lembaga yang berwenang," ujar hakim konstitusi.
Terkait dengan persoalan pengaturan dan pengawasan di bidang perekonomian dan sektor keuangan, saat ini dilaksanakan oleh dua lembaga, yakni Bank Indonesia dan OJK.
Hal itu dinyatakan Mahkamah sebagai kebijakan hukum terbuka (open legal policy) pembentuk undang-undang.
"Dengan demikian, pemisahan atau pun penggabungan kewenangan lembaga tersebut bukanlah merupakan persoalan konstitusionalitas. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil para pemohon a quo tidak beralasan menurut hukum," tegas hakim konstitusi.
Pewarta: Maria Rosari
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015