Bengkulu (ANTARA News) - Pasangan suami istri berprofesi buruh tani Rizen (20) dan Juniarti (20) yang memiliki bayi berusia tiga hari yang terlahir tanpa dinding perut mengeluhkan biaya operasi anak mereka yang mencapai puluhan juta.
"Menurut dokter biayanya di atas Rp30 juta, kami sama sekali tidak punya uang," kata Aurego, saudara Juniarti di Bengkulu, Selasa.
Bayi R lahir atas bantuan bidan desa pada Minggu (2/8). Kondisi saat dilahirkan tidak normal, sebab tidak memiliki dinding perut.
Mengetahui anak keduanya itu tidak seperti bayi normal pada umumnya, Rizen langsung membawa bayi tersebut ke RSUD M Yunus.
"Anak pertama mereka perempuan lahir normal, tapi anak kedua ini, laki-laki ada kelainan jadi dibawa ke rumah sakit," katanya.
Aurego mengatakan para dokter sudah menyarankan rujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Namun, biaya rujukan dan operasi yang cukup besar membuat pihak keluarga kewalahan.
"Tapi keluarga tidak punya uang, andaikan ada tanah warisan sudah kami jual, tapi tidak ada harta yang biasa dijual," ucapnya.
Untuk mengatasi kondisi ini kata dia, pihak keluarga sudah mengontak Wakil Wali Kota Bengkulu terkait penggunaan dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebab pasangan suami istri Rizen dan Junarti belum terdaftar sebagai peserta BPJS.
Namun, birokrasi yang cukup panjang untuk mengurus kepindahan pasangan suami istri tersebut dari Kabupaten Bengkulu Utara ke Kota Bengkulu dikhawatirkan membuat tindakan terhadap bayi R terlambat.
"Kami mengharapkan ada uluran tangan dari pihak manapun untuk menolong keponakan kami ini agar bisa dibawa ke Palembang untuk pengobatan," ucapnya.
Sementara dokter anak RSUD M Yunus Bengkulu, Fajariah mengatakan bayi R terlahir multifaktorial atau memiliki banyak kelainan pada tubuhnya.
"Ada kelainan di bagian pencernaan serta tali pusar. Anus belum bisa dipastikan ada atau tidak, dan pada alat kelamin tidak tertutup kulit," katanya.
Menurut dia pada bayi dengan kasus ampalopel atau tidak memiliki dinding perut, kemungkinan besar memiliki kelainan pada organ tubuh lainnya.
Untuk menangani bayi multifaktorial tersebut, tim dokter terlebih dahulu menstabilkan kondisi bayi, khususnya detak jantung.
Ia mengatakan bahwa hingga saat ini kondisi bayi R cukup stabil. Dan pihaknya sudah membentuk tim untuk penanganan bayi tersebut.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015