Saat ini, jika jalan menuju pemilihan umum dilicinkan dengan darah, harganya akan sangat mahal."
Ankara (ANTARA News) - Peningkatan serangan terhadap sasaran militer dan polisi Turki telah dilaporkan dilancarkan oleh kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdi (PKK), saat Turki memperketat langkah keamanan.
PKK --yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teror oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa-- melancarkan serangan bersenjata terhadap satu rumah sakit militer di Provinsi Bitlis di Turki Timur pada Ahad (2/8). Serangan itu diikuti oleh ledakan ranjau di jalan raya Bitlis-Diyarbakir selama dua kendaraan militer singgah, lapor Xinhua-OANA.
Tak ada laporan mengenai korban jiwa di kedua pihak. Serangan tersebut dilancarkan setelah pemboman bunuh diri pada akhir pekan oleh tersangka anggota PKK di Provinsi Agri di Turki Timur, sehingga menewaskan dua prajurit dan melukai 24 orang lagi.
Seorang prajurit lagi tewas di Provinsi Mardin di bagian tenggara Tukri, ketika PKK menyerang satu kelompok tentara yang sedang memeriksa pipa saluran gas alam.
PKK telah meningkatkan serangannya terhadap dinas keamanan Turki terutama setelah pasukan udara dan darat Turki menggempur sasaran PKK di Irak Utara --tempat para komandan kelompok gerilyawan itu berada.
Sedikitnya 16 anggota pasukan keamanan tewas oleh PKK dalam serangan terpisah pada 20 Juli, ketika satu serangan bunuh diri oleh tersangka anggota Negara Islam (ISIS) menewaskan 32 pegiat pro-Kurdi di Kota Kecil Sanliurfa di Provinsi Suruk di Turki Tenggara.
Serangan PKK juga menewaskan empat warga sipil dan melukai 43 orang lagi, demikian laporan Xinhua.
Konflik baru tersebut telah mengakibatkan dibekukannya proses perdamaian antara Negara Turki dan pemimpin PKK --yang kini mendekam di penjara. Pembicaraan perdamaian dimulai pada 2012.
Sementara itu partai oposisi Turki, kecuali kubu nasionalis, menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merusak proses perdamaian demi memperoleh keuntungan politik dalam pemilihan umum sela yang diperkirakan diselenggarakan pada November.
"Tokoh utama yang mengakhiri proses perdamaian adalah Erdogan. Ia secara terbuka menentang itu," kata pemimpin oposisi utama Kemal Kilicdaroglu dalam satu pernyataan yang disiarkan televisi belum lama ini di Haberturk.
"Saat ini, jika jalan menuju pemilihan umum dilicinkan dengan darah, harganya akan sangat mahal," ia menambahkan.
Partai Demokratik Rakyat Turki (HDP), yang pro-suku Kurdi, juga menuduh Erdogan melecehkan proses perdamaian demi ambisi politiknya sendiri untuk menjadi presiden eksekutif.
Anggota parlemen dari HDP Ahmet Tan mengatakan Erdogan berusaha memanfaatkan proses tersebut sebagai alat untuk meraih dukungan masyarakat selama pemilihan umum yang diselenggarakan selama dua pekan belakangan.
Ia menyatakan Erdogan menentang proses perdamaian itu ketika HDP menggagalkan ambisi Presiden Erdogan untuk menjadi presiden eksekutif dengan memperoleh dukungan mayoritas besar pemilih Kurdi.
(Uu.C003)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015