Jakarta (ANTARA News) - Galeri Apik memamerkan prangko tua berusia 50 tahun yang berasal dari 52 negara di dunia dalam pameran prangko kuno beserta seni rupa kontemporer yang bertajuk "Contemporary or Temporary: Visual Arts and Vintage Stamps Exhibitions" mulai 1 Agustus sampai 1 September 2015.
"Prangko juga bagian dari seni. Dibuat oleh seniman, dilukis di atas kertas, baru dicetak menjadi perangko," ujar Direktur Galeri Apik, Rahmat, di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan prangko adalah bagian dari seni kontemporer yang dibuat sesuai dengan eranya, yang menampilkan suatu motif atau berbagai tujuan serta berkonsep masa depan.
"Prangko seiring waktu pada akhirnya juga bisa bernilai mahal karena keantikan, keunikan, dan nilai sejarahnya. Sehingga di berbagai belahan dunia diakui memiliki fungsi investasi seperti halnya lukisan. Sebagian perangko bahkan telah bernilai lebih tinggi daripada lukisan," tambah dia.
Galeri yang terletak di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan tersebut, menampilkan prangko yang berusia 50 tahun. Tak hanya, prangko dari dalam negeri, tapi juga dari berbagai belahan dunia lain antara lain, Malaya (saat sebelum berpisah jadi Singapura dan Malaysia), Chekoslavia, Turki, Saudi Arabia, Jerman.
Kemudian Tunisia, Mesir, Belanda, Peru, Hong Kong, Italia, Argentina, Filipina, Meksiko, Thailand, Perancis, Belgia, Finlandia, Uni Sovyet (USSR/CCCP), Jepang, Denmark, Amerika Serikat, Norwegia, Inggris, Australia, Singapura, Spanyol, Senegal, Hungaria, Nigeria, 32. Brazil, Rumania, Ghana, Kuwait.
Selanjutnya, Polandia, Kenya, India, Ekuador, Uni Emirate Arab, Swiss, Kuba, Kolombia, Selandia Baru, Mongolia, Korea, Srilanka, Burundi, Papua Nugini, Republik Cabo Verde (bekas jajahan Portugis, dekat Yunani), Swedia, hingga prangko keluaran PBB.
"Bahkan, ada prangko sewaktu Filipina masih kepulauan bagian dari Amerika Serikat. Serta prangko seri film "Little House on the Prairie" (Laura Ingals) terbitan Amerika Serikat yang pernah tayang di salah satu televisi di tanah air. Sedangkan prangko dari dalam negeri juga ada yang terbitan 1958."
Pameran prangko tersebut disandingkan dengan koleksi lukis kontemporer, antara lain karya Di Lifeng, Song Yonghong, S Priadi, Dadan Setiawan, Andi Mieswandi, dan Aan Arif Rahmanto. Seperti juga pameran sebelumnya, ada misi yang ingin disampaikan kepada masyarakat seni.
(I025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015