Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan komoditas bahan makanan dan tarif transportasi menjadi penyumbang utama inflasi pada Juli 2015 yang tercatat mencapai 0,93 persen.
"Bahan makanan masih menyumbang andil terbesar inflasi, diikuti biaya transportasi, karena ada momen arus mudik dan arus balik Lebaran pada Juli tahun ini. Ini pengaruhnya besar," katanya di Jakarta, Senin.
Suryamin mengatakan kenaikan bahan makanan yang menjadi salah satu penyumbang inflasi pada Juli, terjadi secara merata pada seluruh komoditas pangan, terutama menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.
"Beras kenaikan harganya tidak tinggi dan relatif terkendali, walau sudah tidak ada panen raya. Tapi komoditas yang lain sepertinya mengalami kenaikan harga menjelang puasa dan lebaran," ujarnya.
Dengan laju inflasi Juli 2015 tercatat mencapai 0,93 persen atau sama dengan tingkat inflasi pada Juli 2014, maka inflasi tahun kalender Januari-Juli mencapai 1,9 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) 7,26 persen.
"Inflasi Juli ini persis sama dengan Juli 2014, tetapi tentu komposisinya atau penyebabnya berbeda," tambah Suryamin.
Sedangkan, inflasi komponen inti pada Juli 2015 tercatat mencapai 0,34 persen, dan secara tahunan (yoy) mencapai 4,86 persen, yang berarti indikator ekonomi dalam kondisi stabil.
"Inflasi komponen inti sudah 4,86 persen, padahal tiga bulan lalu masih diatas lima persen, artinya komponen ekonomi secara umum cukup bagus serta gejala ekonomi mengarah positif dan lebih baik," ucapnya.
Dari kelompok pengeluaran, andil inflasi Juli 2015, disumbangkan oleh kelompok bahan makanan 2,02 persen, dikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 1,74 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,51 persen.
Selain itu, kelompok sandang menyumbang inflasi 0,39 persen, kelompok kesehatan 0,36 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,34 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,13 persen.
Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS mencatat sebanyak 80 kota mengalami inflasi dan hanya dua kota yang tercatat menyumbang deflasi.
Suryamin mengatakan laju inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang yaitu mencapai 3,18 persen dan inflasi terendah di Pematang Siantar 0,06 persen. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Merauke yaitu 0,65 persen.
"Dari 26 kota di Jawa seluruhnya mengalami inflasi dibawah satu persen. Ini berarti pengendalian harga di Jawa cukup bagus. Sedangkan, di luar Jawa masih 50-50, karena masih banyak kota inflasinya diatas satu persen, jadi perlu ditingkatkan pengendalian harganya," tambahnya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015