"Sebagai kota Pahlawan, hal ini cukup memalukan," kata Fajri, panggilan akrab Imran Ibnu Fajri saat berorasi di depan Kantor KPU Surabaya.
Menurut dia, aksi tersebut disampaikan sebagai wujud kritik atas masih belum adanya pasangan calon lain dari parpol maupun gabungan parpol yang mendaftarkan calonnya dalam masa perpanjangan pendaftaran cawali-cawawali di KPU Surabaya untuk melawan pasangan petahana, Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana.
Ia menyatakan bahwa sepinya pendaftaran pasangan calon dalam Pilkada Surabaya 2015, menunjukkan bahwa telah terjadi krisis kepemimpinan di Surabaya.
Sebagai kritik, barisan para mahasiswa ini pun mendaftarkan dua anggotanya sebagai pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya. Tentu saja aksi itu hanya drama belaka karena mereka sendiri sudah paham bahwa mereka belum memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai pasangan calon orang nomor satu dan nomor dua di Surabaya.
"Kami tahu kalau kami tidak memenuhi syarat. Maka yang kami lakukan ini adalah kritik terhadap partai politik yang kami anggap telah gagal melakukan kaderisasi dan memunculkan figur calon pemimpin. Jadi, kalau yang dari parpol itu sudah tidak bisa memunculkan pemimpin, serahkan saja semuanya ke mahasiswa," kata aktivis BEM dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut.
Walau demikian, lanjut Fajri, mahasiswa belum menentukan sikap apakah mendukung pilkada dengan pasangan calon tunggal atau tidak. Baginya, untuk menentukan sikap terkait hal tersebut, mereka masih akan melakukan kajian dengan menggali sebanyak-banyaknya aspirasi dari masyarakat.
"Kami belum sampai ke kajian tersebut karena kami juga tidak ingin terjebak dalam politik praktis. Bagi kami, yang kami lakukan sekarang ini adalah pencerahan kepada masyarakat bahwa partai politik ini telah gagal memunculkan calon pemimpin untuk kota Surabaya," katanya.
Kehadiran para mahasiswa ini disambut oleh seluruh Komisioner KPU Kota Surabaya. Ketua KPU Surabaya, Robiyan Arifin yang menerima sendiri perwakilan sejumlah mahasiswa, mengapresiasi apa yang sedang mereka suarakan.
Bagi Robiyan, aksi simpatik yang dilakukan para mahasiswa adalah representasi intelektual masyarakat Surabaya yang berharap pelaksanaan Pilkada Surabaya 2015 bisa memunculkan pemimpin yang integritas dan berkualitas.
"Kami sampaikan apresiasi atas kepedulian para mahasiswa dalam pelaksanaan Pilkada Surabaya 2015. Apa yang mereka lakukan ini adalah wujud bahwa mereka ini layak menjadi calon pemimpin di masa depan," kata Robiyan.
Sementara itu, hingga ditutupnya masa pendaftaran pasangan calon lanjutan di hari kedua, belum ada pasangan calon dari partai maupun gabungn partai politik yang mendaftar ke KPU Kota Surabaya.
Dengan demikian, sejauh ini baru ada satu pasangan calon, yakni pasangan Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI Perjuangan.
"Kami tetap menunggu sa mpai besok (3/8) sebagai hari terakhir masa perpanjangan pendaftaran pasangan calon," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015