Indonesia berpotensi untuk terus meningkatkan pangsa pasar produk furnitur di AS. Kuncinya rajin membaca tren furnitur di AS dan, tentu saja gencar berpromosi,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan optimistis untuk melakukan penetrasi ke pasar Amerika Serikat karena permintaan akan produk furnitur dari dalam negeri terus meningkat.
"Indonesia berpotensi untuk terus meningkatkan pangsa pasar produk furnitur di AS. Kuncinya rajin membaca tren furnitur di AS dan, tentu saja gencar berpromosi," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak dalam siaran pers yang diterima, Sabtu.
Saat ini, lanjut Nus, merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan ekspor furnitur. Karakteristik pasar AS yang memiliki empat musim akan menjadi peluang pasar bagi pengusaha furnitur Indonesia untuk meningkatkan ekspornya dengan membuat produk yang sesuai dengan karakter pasar AS tersebut.
Selain itu, furnitur asal Tiongkok terkena bea anti-dumping sehingga produk Indonesia dapat bersaing lebih baik.
"Produk furnitur asal Tiongkok ke pasar AS hingga kini masih dikenakan bea anti-dumping sangat tinggi, yaitu sekitar 100 persen, khususnya produk bedding furniture," kata tutur Nus.
Peluang tersebut dibuka oleh Ditjen PEN bersama Atase Perdagangan Washington DC, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles, dan ITPC Chicago lewat promosi Summer Las Vegas Market (LVM) 2015 pada 2-6 Agustus 2015 mendatang di Las Vegas, Nevada, AS.
Dengan mengusung tema "Trade with Remarkable Indonesia", Paviliun Indonesia menempati temporary showroom seluas 160 meter persegi.
LVM merupakan pameran furnitur terbesar di wilayah barat AS yang diadakan dua kali setahun pada musim panas dan musim dingin, di World Market Center (WMC) Las Vegas. Dan diperkirakan akan menarik lebih dari 40 ribu pengunjung.
Summer LVM 2015 merupakan pameran business-to-business bertaraf internasional yang membidik pasar dari berbagai kalangan di berbagai negara, seperti desainer dan industri profesional.
LVM 2015 menampilkan produk seperti dekorasi rumah dan dinding, furnitur tradisional, accent furniture, ready-to-assemble furniture, wicker & rattan furniture, custom furniture, dan upholstered furniture.
Pertumbuhan ekspor furnitur Indonesia ke AS selama periode 2010-2014 mengalami peningkatan sebesar 5,56 persen. Nilai ekspor furnitur pada Januari-Mei 2015 tercatat senilai 285,98 juta dolar AS atau meningkat 5,1 persen dibandingkan periode yang sama setahun lalu.
"Partisipasi Indonesia diharapkan mampu menciptakan peluang pasar yang sangat besar di AS, sehingga eksportir Indonesia dituntut mampu menampilkan produk furnitur berdaya saing dengan kualitas terbaik, serta penampilan yang menarik," kata Nus.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015