Jombang (ANTARA News) - Ketua Gerakan Pemuda Ansor Cabang Jombang Zulfikar mengatakan kisruh di Gelanggang Olah Raga Merdeka, Jombang, Jawa Timur, akibat salah paham antara keamanan dengan peserta Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU).
"Berdasarkan informasi yang saya dapat dari rekan-rekan di lapangan, kejadian pada petang tadi itu adalah salah paham antara pihak keamanan dan muktamirin," katanya saat dihubungi Antara di Jombang, Jawa Timur, Jumat Malam.
Ia mengatakan berdasarkan laporan yang diterimanya, kericuhan tersebut terjadi akibat perdebatan antara peserta muktamar dan pihak keamanan yang berasal dari Banser NU terkait masalah teknis pendaftaran.
"Ini masalah teknis kok mas, jadi sesuai arahan kan ada teknis tata cara pendaftaran, nah muktamirin ini mau pakai cara dengan keinginannya sendiri," ujarnya.
Ketika ditanya apakah ini terkait masalah keharusan peserta muktamar yang mendaftar harus memilih calon anggota Ahlul Halil Wal Aqdi (AHWA) yang dipilih dari 39 nama yang telah ditentukan sebelumnya dan akan mengerucut jadi sembilan, dia mengatakan kisruh ini tidak terkait hal tersebut.
"Tidak kok ini bukan masalah AHWA, ini teknis saja. Itu kan dari media saja yang membesar-besarkan," tuturnya.
Akan tetapi, ketika ditanya mengenai permasalahan teknis yang dia maksudkan seperti apa, Zulfikar tidak menjelaskannya lebih rinci.
Sementara itu, salah satu muktamirin Zahrani mengatakan kejadian itu bermula ketika rombongan kiai dari PWNU Nusa Tenggara Timur yang berjumlah 108 orang baru saja datang untuk melakukan registrasi di GOR Merdeka.
"Tanpa sebab dan alasan yang jelas, tiba-tiba kami dihalangi ketika hendak berusaha melakukan registrasi. Malah tadi saya ditarik-tarik oleh Banser ini, tidak boleh masuk, malah anak-anak Banser kok berani dengan rombongan kami berjuang untuk umat ini, ya santun lah," kata Zahrani.
Zahrani juga mengatakan para peserta muktamar dari NTT itu juga didorong oleh salah satu Banser yang ketika itu berjaga di samping meja pendaftaran hingga terjatuh sehingga menyebabkan keributan tak bisa dihindari setelah rombongan muktamirin lain tak terima dengan sikap Banser yang mereka anggap kurang santun itu.
Sementara, beberapa sumber lain yang enggan disebut namanya menduga kericuhan tersebut terkait adanya penolakan terhadap sistem AHWA yang dipakai dalam Mukmatar ini.
Meski berhasil diredam oleh sejumlah rombongan kyai lain, akibat kejadian itu proses registrasi menjadi terhambat.
Ratusan personel polisi langsung datang dan membantu rekan mereka yang bertugas di lokasi untuk mengamankan proses registrasi.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015