Tokyo (ANTARA News) - Amerika Serikat memata-matai politisi Jepang, petinggi bank sentral dan perusahaan-perusahaan besar termasuk konglomerat Mitsubishi, demikian dokumen yang dirilis WikiLeaks, Jumat, dalam pengungkapan terbaru mengenai pengintaian Washington terhadap sekutu-sekutunya.
Penyadapan itu membongkar spionase Badan Keamanan Nasional AS, menyusul dokumen-dokumen lain yang menunjukkan aksi memata-matai sekutunya --termasuk Jerman dan Prancis-- yang menciptakan ketegangan hubungan.
Jepang merupakan salah satu sekutu utama Washington di kawasan Asia Pasifik dan mereka secara teratur melakukan konsultasi mengenai isu-isu pertahanan, ekonomi dan perdagangan.
"Laporan itu menunjukkan dalamnya pemantauan AS terhadap pemerintah Jepang, mengindikasikan bahwa laporan intelijen dikumpulkan dan diproses dari sejumlah kementerian dan kantor-kantor pemerintah Jepang," kata WikiLeaks.
"Dokumen-dokumen itu menunjukkan pengetahuan mendalam mengenai perundingan internal Jepang" terkait isu-isu perdagangan, nuklir, dan kebijakan perubahan iklim, serta hubungan diplomatik Tokyo dan Washington, katanya.
Kelompok itu juga menunjukkan penyadapan mengenai "strategi sensitif perubahan iklim" serta "isi arahan rahasia perdana menteri yang dilakukan di kediaman resmi (Perdana Menteri) Shinzo Abe".
Tidak disebutkan dengan spesifik mengenai penyadapan Abe namun para politisi senior menjadi target, termasuk Menteri Perdagangan Yoichi Miyazawa, sementara gubernur bank sentral Jepang Haruhiko Kuroda juga berada di bawah pemantauan intelijen AS, kata WikiLeaks.
Belum ada tanggapan dari Tokyo terkait laporan ini.
Klaim atas aksi memata-matai para pejabat perdagangan itu muncul di saat sensitif setelah dimulainya pertemuan tingkat tinggi pekan ini di Hawaii, yang bertujuan untuk menuntaskan pembentukan blok besar perdagangan bebas yang mencakup 40 persen perekonomian dunia.
Amerika Serikat, Jepang, dan 10 negara Pasifik lain berharap bisa menyepakati kesepakatan dagang paling ambisius dalam beberapa dasawarsa ini.
Namun, Washington dan Tokyo --yang sejauh ini merupakan ekonomi terbesar dalam negosiasi ini-- berselisih pendapat mengenai akses sektor otomotif dan keinginan Tokyo untuk melindungi produk-produk pertanian dari usulan Rekanan Trans-Pasifik.
Aksi mata-mata itu dilakukan sejak periode pertama pemerintahan Abe yang dimulai pada 2006, kata WikiLeaks. Abe kembali berkuasa pada akhir 2012.
Kelompok pengungkap aib ini mengatakan empat laporan diklasifikasikan sebagai "Sangat Rahasia" sementara satu lagi ditandai untuk menandakan bahwa ia bisa dirilis kepada negara-negara sekutunya Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru.
"Dalam dokumen-dokumen ini kami melihat pemerintah Jepang mengkhawatirkan mengenai seberapa banyak atau seberapa sedikit untuk mengatakan kepada AS, untuk mencegahnya merusak usulan perubahan iklim atau hubungan diplomatik," kata pemimpin redaksi WikiLeaks Julian Assange dalam sebuah pernyataan.
"Dan kami sekarang tahu bahwa AS mendengarkan segalanya serta membaca semuanya, dan menyebarkan perundingan para pemimpin Jepang itu ke Australia, Kanada, Selandia Baru dan Inggris," demikian Assange, dilaporkan oleh AFP.
(S022/T008)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015