Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas membahas antisipasi dampak El Nino terhadap kekeringan serta upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
"Dampak El Nino pada level yang betul-betul kita perhatikan," kata Presiden Jokowi saat memimpin Ratas di Kantor Kepresidenan Jakarta, Jumat.
Ratas ini diikuti oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Menko Maritim Indroyono Soesilo, Menko Perekonomian Sofyan Jalil, Menteri Kehutan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti dan beberapa menteri kabinet kerja lainnya.
Presiden memperkirakan dampak El Nino akan menguat pada Agustus hingga Desember tahun ini akan mengakibatkan kekeringan di beberapa daerah.
"Kekeringan sudah mulai tampak di Jawa, Sulawesi, Lampung, Bali, NTT. Ini dipantau dari peta monitoring, wilayah itu sudah mulai kering pada bulan Mei," ungkap Presiden.
Presiden meminta para menteri dan lembaga terkait untuk mencarikan jalan keluar untuk mengantisiasi dampak El Nino terhadap kekeringan.
"Oleh aebab itu pada sore ini akan kita bahas carikan jalan keluar, terutama kewaspadaan terhadap titik hot spot dan potensi kebakaran (hutan dan lahan) yang harus diwaspadai," kata Presiden.
Jokowi menegaskan bahwa pemerintah harus menyelematkan kehidupan para petani, nelayan dan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan akibat El Nino ini.
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya mengatakan titik panas atau hot Spot jika dibandingkan tahun lalu lebih rendah, namun perlu diwaspadai daerah yang hot spot masih tinggi.
"Hot spot masih sekitar 32-40 persen atau paling tinggi 48 persen dari tahun lalu atau lebih rendah. Tapi ada daerah daerah yang harus dicurigai karena melompat angkanya," katanya.
Namun Siti tidak khawatir karena kerjasama pemerintah daerah dan pihak terkait koordinasinya sudah bagus dalam penangan kebakaran hutan ini. Dua hari lalu angka hotspotnya kalau ditotal lebih tinggi dibandingkan total yang sama 2014.
Dia mengatakan bahwa munculnya hot spot di beberapa daerah ini disebabkan kekeringan yang menyebabkan rumput dan belukar yang mengering mudah terbakar.
"Seperti yang terjadi di Garut, alang-alangnya mengering dan itu dan kawasan wisata alam yang terbuka," ungkapnya.
Menteri Kehutanan ini juga menyebutkan beberapa hot spot yang tinggi ada di daerah Sumetera, yakni Provinsi Riau, Kalimantan di Provinsi Kalimantan Barat.
"Kemarin waktu ke Kalimantan Barat ada kebakaran lahan, dan Pak Kopolda sudah memanggil orangnya," katanya.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015