Kupang (ANTARA News) - Sebanyak 65 relawan pengajar yang tergabung dalam Kitong, kunjungan inspirasi Timor untuk berbagi, membagi ilmu ke anak-anak di pedalaman Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Ketua Panitia Kitong Yurgen Nubatonis ketika ditemui Antara di Kupang, Jumat, mengatakan relawan yang akan mengajar di beberapa sekolah di Kecamatan Fatule'u itu tidak hanya guru dan dosen tetapi juga orang-orang dari profesi lain seperti pegawai kesehatan, wartawan, pegawai badan lingkungan hidup, dan pegawai bank.
"Kami sengaja mengajak teman-teman dari profesi lain karena, dari survei yang kami lakukan di daerah tujuan tersebut, anak-anak sekolah dari SD sampai SMA hanya mengetahui tiga profesi, yakni guru, polisi serta pendeta, sedangkan profesi yang lainnya tidak mereka ketahui," tuturnya.
Yorgen menambahkan kegiatan itu dilaksanakan dengan melibatkan komunitas Himpunan Pemuda Pelajar Fatule'u Barat (Hippa Fatbar), Geng Motor Inovasi, Mobilisasi Untuk Transformasi (Imut) serta sekolah Multimedia Untuk Semua (MUSA) dan guru-guru dari Program Sarjana Mendidik di Daerah Tertinggal Terluar, dan Terdepan (SM3T) di Fatule'u Barat.
Menurut laman resmi pemerintah Kabupaten Kupang, kecamatan itu memiliki 15 sekolah Taman Kanak-Kanak, 25 Sekolah Dasar Negeri, enam Sekolah Dasar Swasta dan lima Sekolah Menengah Pertama Negeri dengan total jumlah guru 361 orang.
Selain memperkenalkan berbagai macam profesi, para relawan pengajar akan memberikan motivasi kepada para siswa di daerah tersebut dan membagikan buku.
Yorgen mengatakan akses terhadap informasi yang masih rendah membuat anak-anak di kecamatan itu kurang punya motivasi untuk maju sehingga semangat belajarnya rendah.
"Selama tiga hari di sana kita berusaha untuk memberikan motivasi serta dorongan kepada para siswa agar memiliki cita-cita yang tinggi. Jangan malas sekolah dan hanya mau menjaga kebun," ujarnya.
Para relawan juga akan melakukan dialog dengan orangtua murid agar mereka bisa mendorong anak-anak menimba ilmu sampai ke bangku pendidikan tinggi.
Putri Sipayung dari SM3T, yang sudah sekitar satu tahun mengajar di kecamatan itu, mengatakan anak-anak di daerah tersebut sangat membutuhkan suntikan motivasi untuk belajar dan mengembangkan diri.
"Bisa dikatakan niat belajar dan sekolah anak-anak di daerah tersebut sangat rendah. Mereka lebih banyak berada di kebun, bercocok tanam, atau menjaga sapi dibandingkan sekolah," tuturnya.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015