Jika tidak ada intervensi Bank Indonesia maka mata uang rupiah berpeluang kembali melemah lebih dalam
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp13.485 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.440 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa dolar AS melanjutkan penguatannya terhadap rupiah setelah data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat direspon cukup baik oleh pelaku pasar uang. Angka PDB Amerika Serikat pada tingkat tahunan tumbuh sebesar 2,3 persen pada periode April-Juni 2015.
"Meski pertumbuhannya masih di bawah harapan yang sebesar 2,6 persen, namun masih lebih baik dari periode sebelumnya. Pertumbuhan PDB AS itu sejalan dengan niat the Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya," katanya.
Pelaku pasar uang terutama asing cenderung keluar dari aset berdenominasi rupiah sehingga menambah tekanan pada nilai tukar domestik.
"Jika tidak ada intervensi Bank Indonesia maka mata uang rupiah berpeluang kembali melemah lebih dalam," katanya.
Ia mengatakan perhatian investor domestik juga akan tertuju pada rilis angka inflasi Juli 2015 yang sedianya akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal pekan depan (Senin, 3/8).
"Inflasi Juli diperkirakan turun dari 7,26 persen ke kisaran 7-7,1 persen secara tahunan," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa membaiknya perekonomian Amerika Serikat kembali menimbulkan optimisme the Fed untuk menaikan suku bunganya (Fed fund rate), kenaikan Fed fund rate akan menopang nilai tukar dolar AS karena akan meningkatkan imbal hasil deposito sehingga membuat mata uang dolar AS itu lebih menarik bagi pelaku pasar.
"Kini the Fed selangkah lebih dekat untuk menaikan suku bunganya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015