Kegiatan Napak Tilas ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali peran Kiai Kholil sebagai guru sepiritual KH Hasyim Asy`ari terkait sejarah berdirinya NU

Bangkalan (ANTARA News) - Gerakan Pemuda Ansor dari Kabupaten Bangkalan, beserta para pengurus Ansor di Tapal Kuda Jawa Timur, Kamis, menggelar napak tilas dengan berjalan kaki dari Bangkalan ke lokasi Muktamar NU di Jombang.

"Kegiatan Napak Tilas ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali peran Kiai Kholil sebagai guru sepiritual KH Hasyim Asyari terkait sejarah berdirinya NU," kata Ketua Panitia Napak Tilas GP Ansor Bangkalan, Muzawwir Syafik.

Ia dalam napak tilas ini, menggambarkan Kiai Kholil memanggil santrinya yakni Kiai Asad (Situbondo) dan diperintah untuk menemui Kiai Hasyim di Jombang dan menitipkan tongkat tasbih bacaan Alquran dan zikir sebagai isyarat restu Kiai Kholil kepada Kiai Hasyim dalam mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Tujuannya, untuk mengawal dan memperkuat aqidah Islam Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah yang diajarkan oleh ulama salaf dan wali sembilan (Walisongo).

"Atas dasar itulah, maka GP Ansor Bangkalan beserta GP Ansor di daerah Tapal Kuda yang dimotori GP Ansor Probolinggo mengaktulisasikan sejarah itu," katanya.

Ketua GP Ansor Bangkalan KH Hasani Zubair yang juga keturunan KH Moh Kholil Bangkalan, dalam napak tilas ini menyerahkan tongkat, tasbih yang dikalungkan kepada peserta, berikut pesan 9 petisi kepada GP Ansor Tapal Kuda untuk disampaikan dalam Muktamar Jombang.

Kesembilan petisi ini isinya antara lain, menegakkan dan mengukuhkan komitmen kebangsaan untuk mempertahankan Pancasila, dan UUD 1945, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menolak upaya radikalisme dengan mengatasnamakan agama, menolak segala kepentingan politik praktis yang menggangu pelaksanaan Muktamar NU dan kepentingan warga NU. Mendukung pemberantasan korupsi, meneguhkan kembali dakwah Ahlusunnah Wal-Jamaah ala ulama NU sebagai khittah 1926.

"Dengan harapan, sembilan petisi ini dapat mengingatkan sejarah esensi maksud dan tujuan berdirinya NU," kata KH Hasani Zubair.

Jalan kaki ini tidak dilakukan di beberapa titik yang ruas jalannya sempit dan padat. Hal itu untuk menjaga keamanan, juga agar tidak mengganggu arus lalu lintas.

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015