Pekanbaru (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Provinsi Riau mengungkapkan, Sungai Siak saat ini telah mengalami abrasi sepanjang satu meter setiap tahunnya, akibat perlakuan masyarakat.
"Abrasi ini tergolong luar biasa dan memprihatinkan karena terjadi satu meter pada masing-masing kedua bibir Sungai Siak," ujar Direktur Eksekutif Walhi Riau, Riko Kurniawan, di Pekanbaru, Rabu.
Riko menilai saat ini sepanjang Sungai Siak telah terjadi Abrasi, dimana berbagai tanaman yang menjadi penahan tekstur tanah tidak longsor hilang bahkan ditebang dan dialih fungsikan.
"Abrasi itu dampak dari hilangnya tanaman di pinggir sungai," tuturnya.
Menurut Riko, lima Kabupaten/Kota yang menjadi perlintasan Sungai Siak kurang memperhatikan hal ini. Harusnya inisiatif untuk menahan Abrasi ini bisa segera dilakukan sejak dini dengan melarang penebangan pohon. Atau bahkan melakukan penanaman tanaman membang dan lainnya pada bibir Sungai Siak.
Walau tidak dipungkiri lanjut Riko, sudah ada yang berupaya untuk melakukan rehabilitasi dengan memasang turap beton seperti yang dilakukan Pemerintah Pekanbaru di Rumbai, namun itu baru dilakukan beberapa saja. Sementara Sungai Siak panjangnya 400 km dan melintas di Provinsi Riau.
"Harusnya masih sangat mudah untuk mengatasi ini jika dilakukan secara bersama dan serentak," ujarnya.
Namun kenyataannya upaya perbaikan rehabilitasi sungai masih dilakukan sepotong-sepotong dan lambat.
Belum lagi kurangnya perhatian pemerintah daerah yang menerapkan kebijakan larangan eksploitasi alih fungsi lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Memperparah kondisi Sungai Siak belakangan ini.
Riko membeberkan, Abrasi terjadi disebabkan juga akibat perubahan kondisi daerah tangkapan air di sepanjang Sungai Siak.
"Saat ini 80 persennya sudah beralih fungsi untuk berbagai aktifitas," paparnya.
Jadi menurut analisa Riko, saat ini yang penting untuk dibenahi pada Sungai Siak adalah abrasi dan pencemaran yang terjadi.
Karena tingkatnya sudah luar biasa dan melewati ambang batas kenormalan. Jika tidak segera dilakukan maka Sungai Siak sebagai sungai terdalam di Indonedia akan tinggal kenangan. Sebab terjadi pendangkalan di mana-mana.
"Sedimentasi dan pendangkalan akibat berbagai faktor termasuk Abrasi pada Sungai Siak saat ini terjadi sangat signifikan," sebutnya.
Karena itu Riko berharap pemerintah Provinsi Riau, beserta kelima Kabupaten /Kota yang hidup di tengah Sungai Siak, memberikan perhatian khusus guna penyelamatan DAS.
Ia yakin jika dilakukan secara simultan dan serentak maka masih bisa menyelamatkan Sungai Siak dan segala biota di dalamnya. Termasuk ekonomi masyarakat dan nelayan yang masih bergantung padanya.
"Saya lihat sungai ini lebih gampang diperbaiki jika koordinasi antara wilayah terkait dilakukan," pungkasnya.
Pewarta: Netty Mindrayani dan Vera Lusiana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015