"Tidak ditingkatkan menjadi kondisi ideal, karena memang anggaran tidak mencukupi," katanya setelah memberi pengarahan pada taruna TNI-Polri yang akan dilantik menjadi perwira di Akademi Kepolisian Semarang di Jawa Tengah, Selasa.
Menurut dia, rasio ideal polisi dan penduduk yakni satu berbanding dengan 250 atau 300.
Badrodin menilai rasio ideal tersebut bisa saja tercapai, namun justru akan mengorbankan operasional Polri.
"Bisa saja tambah personel, tetapi anggarannya hanya untuk belanja pegawai, sehingga untuk operasional tidak ada," katanya.
Selain itu, menurut dia, penambahan personel menjadi jumlah ideal juga belum tentu bisa menyelesaikan persoalan yang ada, mengingat kondisi wilayah Indonesia.
Oleh karena itu, kata dia, daripada menambah jumlah personel, Polri mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusianya.
"Misalnya, rata-rata lama pendidikan ditambah tujuh bulan," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dijadwalkan melantik perwira lulusan TNI dan Polri tahun 2015 di Akademi Kepolisian Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/7).
"Presiden akan menjadi inspektur upacara Prasetya Perwira TNI-Polri yang lulus tahun ini," kata Komandan Jenderal Akademi TNI Mayor Jenderal Harry Purdianto.
Menurut dia, para taruna lulusan empat lembaga pendidikan TNI-Polri akan dilantik secara bersamaan oleh presiden.
"Bapak Presiden akan menjadi inspektur upacara dan selanjutnya berkenan memberikan pengarahan kepada para lulusan," tuturnya.
Pada tahun ini, pihaknya telah diluluskan masing-masing Akademi Militer sebanyak 215 siswa, Akademi Angkatan Udara 89 siswa, Akademi Angkatan Laut 100 siswa, dan Akademi Kepolisian 389 siswa.
Pewarta: I.C.Senjaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015